Title : Lunar
Chapter : 6/?
Author : Shiro Usagi
Genre : fantasy, romance, sci-fi, friendship, angst
Warnings : language, abal dan gaje
Rating : PG-13
Pairing/characters : Ruki/Liv (OC) or Fag/Bitch, Aoi/Uruha, Reita/Nyx, Kai/Smitha
Disclaimer : The GazettE bukan punya saya TAT
Synopsis : Apakah kalian pernah mendengar soal kejadian Lunar? Di mana seorang elf yang Cuma ingin membuat desa nya lebih tentram harus melawan kejinya takdir? Di mana semua makhluk ikut berpartisi pasi dalam pesta pertumpahan darah ini? Pasti belum kan? Ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu, di mana sihir dan makhluk legenda masih hidup dan menyatu dengan damai… mari aku beritahu bagaimana ceritanya…
Comment : enjoy~
Setelah mereka berkemah dan masalah antara Smitha dan Ruki telah selesai, mereka melanjutkan perjalanan mereka, kali ini posisinya sama, tetapi Liv tidak protes sama sekali karena ia di izinkan bertarung dan menyembuhkan mereka.
“kau bisa menggunakan senjata apa saja Liv?” tanya Smitha tiba-tiba dan Liv mengalihkan pandangannya yang dari tadi di bawah ke arah Smitha yang tersenyum lembut pada nya. “huh?” tanya Liv dengan kikuknya. “teknik bela diri apa saja yang kau kuasai?” tanya Smitha lagi dan Liv meng-oh.
“entahlah, aku bertarung dengan gayaku sendiri, jadi aku tidak tahu apa ini, dan aku bisa menggunakan panah, cross bow serta pedang saja, yang lain aku tidak mahir” jawab Liv dan Smitha mendeham dan mengangguk pelan.
“siapa yang mengajarimu?” tanya Reita penasaran dan Liv tersenyum mendengarnya.
“Smitha, kau ingat kalau aku semakin di didik keras oleh ayah ku setelaah tahu kalau aku dan Syam memiliki kemampuan yang sangat seimbang?” Tanya Liv pada Smitha dan penyihir itu mengangguk tanda ia mengingatnya.
“well, itu memang benar, ia memberi ku seorang guru untuk melatih bela diri, serta pengetahuan ku” kata Liv dan mereka semua terlihat kagum mendengarnya.
“oh.. dan dia yang mengajakku menjelajahi dunia ini selama 3 tahun sambil berlatih” kata Liv dengan santai dan mereka semua terperanjat mendengarnya.
“kau sudah keliling dunia?” Tanya Aoi tak percaya dan Liv mengangguk yakin. “aku bahkan bertamasya ke sini beberapa kali bersama master jika kami capek” kata Liv lagi dan mereka menatapnya dengan tidak percaya.
“itu sebabnya kau tahu sekali tentang tempat ini ya?” tanya Kai dari depan dan Liv mengangguk dan mendeham kuat. “benar” katanya dengan yakin dan santai.
“siapa gurumu itu? Aku yakin dia sangat kuat karena melihat hasilmu begini” tanya Nyx dan Liv tersenyum makin lebar.
“master Maya!” serunya dan Miyavi langsung jatuh begitu mendengar nama itu. “Meeve? Kau kenapa?” tanya Aoi heran, tidak biasanya Miyavi seperti ini.
“kau...” kata Miyavi yang perlahan berdiri dan menatap Liv dengan mata lebar dan tidak percaya. “Ya?” tanya Liv ragu-ragu. “KAU DI AJARI OLEH ELF GILA ITU!?!” tanya Miyavi dengan lantang dan Liv otomatis mengangguk dengan kuat karena terkejut. “hahahaha!! Pantes saja! Aku tahu sekarang dari mana kau dapat sifat keras kepalamu itu!! Dan juga cara bertarung mu itu.. .ahahaahaha... pantes saja... aduh...” kata Miyavi di sela-sela tawanya. “eh? Kau kenal master Maya!?” tanya Liv yang tidak percaya.
“dia pernah menantangku beberapakali, ia seorang MoonForest juga kan?” kata Miyavi dengan datar dan mata Liv bersinar-sinar mendengarnya. “Ma-master menantangmu? Bagaimana hasilnya? Ia bisa mengimbangimu kan?” kata Liv dengan sangat semangat.
“Tidak, dia kalah dalam satu serangan” kata Miyavi lagi dan ia tertawa melihat kuping lancip milik Liv turun. “tidak mungkin.. master itu kuatt!!” katanya dengan keras kepala sambil mengembungkan pipinya, Miyavi tertawa kecil dan ia menggeleng pelan. “dia itu gila, bukan kuat” ujar Miyavi dan Liv semakin marah dan membuang mukanya pada Miyavi.
“jangan-jangan itu elf gila yang menantangmu berkali-kali dulu ya?” tanya Nyx dan Miyavi mengangguk. “Benar, setelah itu kami jadi teman baik setelah ia menyerah untuk menantangku” lanjut Miyavi dan mereka semua mengangguk. “dia adalah seorang MoonForest yang gila, sangat bebas dan kuat. Jenius yang sangat jarang ada muncul, cerdik dan luwes, jika kau mendeskripsikannya, bagaikan nenek moyang para elf dulu, fisik kuat dengan kecerdikkan melebihi musang” jelas Miyavi dan Liv kembali menghadapnya dengan mata bercahaya.
“benar! Master itu sangat bijaksana dan kuat!! ia salah satu prajurit kami yang sangat hebat!!” kata Liv dengan bangganya. “Cuma elf gila saja” bisik Ruki dengan kesal dan tanpa sengaja Liv mendengarnya. “Berisik!” hardiknya dan Ruki mendengus pelan sambil melipat kedua tangannya.
“ haha.. jadi, di mana sekarang anak itu?” tanya Miyavi yang sudah menghilangkan tawanya, Liv berpikir sejenak dan menatap Miyavi denan polos.
“aku rasa dia sudah kembali dari tugas yang aku berikan padanya, atau ia kembali lebih awal untuk melihat keadaan desa” jelas Liv dan Ruki meleriknya begitu mendengar itu.
“melihat keadaan desa? Kenapa?” tanya Reita yang pura-pura tidak tahu.
“sepertinya telah terjadi sesuatu di sana, dan mengefek pada seluruh alam” jelas Liv lagi , dan rasanya, jantung ornag-orang yang ada di situ berhenti berdetak.
“Bagaimana kau tahu Liv?” tanya Nyx yang paling tenang di sana, sedangkan yang lain sudah mengeluarkan keringat dingin. Gadis elf itu menatap sekitar dan kembali menatap Liv.
“para monster di sini berbeda, mereka lebih ganas dan seperti termakan oleh kegelapan... dan setahuku... Cuma satu kegelapan yang bisa melakukan ini” ia bergumam di akhir katanya, tetapi Nyx dan Aoi dapat mendengarnya, mereka menelan tonjolan yang tiba-tiba muncul di tenggorokkan mereka, dan menatap Ruki yang terus berjalan dengan tenang.
“begitu, kau memang murid Maya” kata Miyavi dengan senyum kecut. “kita percepat perjalanan kita, Ruki. Siapkan kendaraannya” perintah Miyavi dan Ruki berdecak kesal.
“tapi setelah kita melawan orang mati ini” si warlock mengeluarkan mantra nya dan tiba-tiba saja mereka mendengar suara rintihan yang menjijikkan, Liv menatap dengan horror, para manusia yang seharusnya sudah mati itu, dengan keadaan membusuk berjalan dan merangkak ke arah mereka, tubuh mereka penuh dengan api karena Ruki membakar mereka.
“undead...” gumam Liv yang tidak bisa melakukan apa-apa karena shock, ia tidak menyangka keadaannya akan segawat ini.
“sihir necromancy dan juga para undead telah di larang serta di musnahkan, like, sejak dulu oleh kerajaan... tetapi kebangkitan mereka... ini benar-benar serius” jelas lelaki mini itu sambil mengeluarkan tongkatnya, Liv menatap tongkat sihir Ruki dengan kagum, tongkat itu berwarna putih bersih dengan orb transparan yang indah di atasnya.
“seharusnya kita memang mempercepat perjalanan ini.. tidak mungkin Sinclaire pergi ke daratan yang sangat mereka benci” geram sang nymph yang sudah di temani oleh tumbuhan beracunnya, sedangkan Aoi dan yang lainnya sudah siap-siap bertarung.
“tunggu, biarkan aku yang menghadapi mereka, kalian cepatlah lanjutkan perjalanan” Liv langsung tercekat begitu mendengar hal itu, tidak mungkin ia membiarkan oraang ini sendirian menghadapi sekumpulan mayat hidup.
“Got it, c’mon Liv..” sang ifrit menyutujui permintaan Ruki dan ia serta yang lainnya bergegas beralari untuk melanjutkan perjalanan mereka.
“w-wait! Mana bisa kita meninggalkan dia!” kata Liv yang tangannya di tarik oleh Smitha karena ia tidak mau bergerak dari tadi. “jangan remehkan dia bodoh.. dia itu sangat amat kuat... kau tidak akan mengerti sejauh mana kekuatannya itu” penyihir itu memberti tahu Liv, tapi sepertinya Liv tidak mau mendengar. Ia terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman Smita.
“hei, dia itu guruku, tidak sampai 1 jam lagi ia akan menyusul kita” si penyihir berusaha meyakinkan Liv lagi, tetapi sepertinya elf itu sama sekali tidak yakin sepenuhnya, walaupun pada akhirnya ia mengikuti mereka, kali ini mereka memakai cara cepat, Reita, Aoi, Nyx dan Liv berlari dan melompati pepohonan dengan kecepatan penuh, Kai juga berlari dengan cepat di depan mereka dan membunuh semua makhluk yang mendekati dirinya dan Smitha memakai sapu terbangnya. Selama perjalanan yang di khawatirkan elf itu adalah sang warlock, kenapa? Karena ia perlu jawaban, deep down inside her heart, something is missing, like a dream, a far off memory, a scattred dream. And when she stare at the golden eyes of his, she saw the answers, but yet... she don’t know what it is.
*~*~*~*
“kita harus mencarinya!” seru Liv yang berjalan mundur di depan Miyavi yang memimpin kali ini, dewa itu melipat tangannya dan memandang gadis itu dengan kesal, sudah dari tadi ia mengatakan itu terus.
“ia tidak akan apa-apa Liv, percayalah” dan sudah berkali-kali Kai yang sangat amat sabar menghadapi permintaan Liv itu mengatakannya. Tetapi ia sama sekali tidak mendengar apa yang di katakan Kai, ia tetap meminta yang lainnya untuk kembali dan mencari Ruki.
“for my goddess sake! Dia sudah tidak menyusul kita selama 2 hari!! 2 fucking days!! I am glad to hear he is dead, but i just can’t leave him! He fought because of my sake!!! And i don’t like to have a debt, a tiny shitty debt to that fag!” jelas Liv yang membuat mereka makin tidak mau menuruti permintaannya. “dan beberapa meter lagi kita sudah sampai ke kota Lavius! Apa menurutmu itu tidak apa-apa!?” tanya Liv lagi pada Miyavi, lelaki berambut biru itu berhenti di depannya dan mentap Liv dengan senyum lebar.
“dia datang” ungkapnya dan Liv menganga mendengarnya, apa? “took him long enough... i bet he went somewhere again” kata Uru yang mengerucutkan bibirnya, karena sebal.
“’sup? i heard this bitch whinning all along, what happened? Dia kehabisan pembalut?” tanya Ruki yang sudah berdiri di samping Miyavi, pakaiannya sudah berganti menjadi jas hitam dengang blink-blink di sana sini, di balik itu ada vest hitam dan ia menunjukkan sebagian besar dadanya, ia juga memakai celana hitam dan sepatu kulit hitam.
“YOU FAG! Dari mana saja kau!!?” tanya Liv yang terkejut sekali karena tiba-tiba saja Ruki sudah sampai di samping Miyavi. “aku? Mengurus para undead itu tentu saja” jawab si warlock tanpa dosa, dan Liv manyun mendengarnya.
“kenapa kau tidak mati saja? Padahal aku ingin sekali kembali dan menemukan mayatmu yang sudah hancur di makan para undead itu” jelas Liv dan Ruki langsung menjambak rambut panjang Liv. “jadi ini yang kau katakan pada orang yang sudah suka rela menolongmu hah?” tanya Ruki pada Liv yang meringis kesakitan. “ouch! Ouch! I didn’t ask you for help! Smitha did!” balas elf itu sambil berusaha melepaskan tangan Ruki dari rambutnya, tetapi sepertinya warlock itu tidak mau melepasnya, malahan ia menariknya semakin kuat.
“ouch! Shit! That hurt fag!” seru Liv yang meringis kesakitan. “one sorry, and i will, like, melepaskanmu” ujar Ruki dan tiba-tiba saja ia meringis kesakitan karena tulang kering di kakinya di tendang Liv. “fucking bitch! Aaggh!!” rutuk Ruki sambil memegangi kakinya. “fuck you!” seru Liv sambil menunjukkan jari tengahnya dan berlari dari warlock yang sedang merutuki Liv.
“dasar mereka” keluh Aoi yang pusing sendiri melihat tingkah laku 2 temannya itu. Nyx dan yang lain membiarkan Liv pergi kabur karena mereka tahu kalau Liv tahu jalan menuju tempat persinggahan mereka selanjutnya.
“say Ruki, apa yang terjadi, kemana saja kau 2 hari ini?” tanya Smitha yang berjalan di sebelah Ruki yang sedang berjalan dengan pincang. “melacak orang yang membangkitkan para undead itu” jawab Ruki dan Smitha meng-hm pelan. “dan hasilnya?” tanyanya lagi, raut wajahnya terlihat kecewa begitu Ruki menggeleng pelan.
“aku kehilangan jejak saat akan sampai ke Errsak” jelas lelaki berambut hitam itu lagi dan Smitha mengangguk pelan. “berarti kemungkinan besar orang itu ada di sekitar sana?” kali ini Aoi yang bertanya.
“tidak, malah sebaliknya, orang itu jauh dari sana, begitu sampai di Errsak aku baru menyadari kalau yang aku kejar adalah jebakkan” jawab Ruki dan mereka semua terlihat bingung mendengarnya. “orang ini benar-benar pengguna sihir yang kuat, mungkin dialah penyebab kekacauan ini” sambungnya lagi, begitu ia akan sampai di gerbang kota ia tertegun melihat Liv yang berdiri dengan kaku serta wajah sebal di hadapannya, ia berbalik dan tersenyum lebar pada Smitha
“kau memberinya stop?” tanya Ruki dan anak angkatnya itu hanya tertawa pelan saja sambil mengangkat ke dua bahunya, Ruki tertawa lebar dan berbalik pada elf yang sedang melototinya itu. “serve you right” kata warlock itu sambil melewati Liv.
“pelajaran buatmu” kata Nyx sambil menyentuh bahu Liv, saat itu lah akhirnya gadis itu bisa bergerak lagi, ia menggeram kuat dan mengertakkan giginya sambil mengikuti mereka. Saat mereka masuk, suasana perdangan terasa sekali di sepanjang jalan, banyak para merchant dan dealer di sana, banyak lapak dan juga gedung-gedung toko dan juga para merchant dan penduduk langsung terpaku begitu melihat sosok Ruki dan Nyx.
“vampire”
“Ruki datang”
“apa yang mereka lakukan?”
Begitulah kira-kira yang di bisikkan oleh para merchant dan penduduk itu, tetapi saat Liv menangkap sosok seorang merchant yang berwujud lizardman, ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada merchant itu, awalnya merchant itu tidak percaya dan bingung tetapi setelah melihat sosok Liv dari atas sampai bawah baru lah ia bersorak.
“kenapa orang itu?” tanya Kai heran, ia sudah di pasang shell oleh Smitha, jadi aura dan kekuatan basilisknya tidak keluar.
“city of Merchant, Lavius, aku sering ke sini dulu bersama master, terlalu sering aku rasa, apa kalian juga?” tanya Liv dan Smitha mengangguk
“tentu saja, yang sering ke sini hanyalah aku dan Nyx serta Uruha, kota ini mempunyai merchant hebat yang mempunyai barang-barang terbaik dan langkah, jadi aku kadang menemukan bahan mentah yang bagus untuk ramuanku atau pakaian serta hal-hal lainnya yang begitu hebat” jelas Smitha dan elf itu mengangguk pelan tanda mengerti.
“aku dan Aoi kadang kemari untuk bermain-main dan melihat barang bagus, bar-bar di sini juga sangat menyenangkan” Reita memberitahu elf itu, dan sekali lagi Liv mengangguk tanda mengerti. Aoi agak tertegun begitu mendengar tawa riang para merchant dan penduduk saat mereka menyebut nama Liv.
“apa kau terkenal disini?” tanya Aoi pada elf yang bersangkutan, Liv melihat fenrir itu dan mengangkat kedua bahunya. “entahlah, tapi aku kenal akrab sebagian merchant, pemilik restoran dan bar terbesar disini, pemilik inn yang ada di ujung jalan ini, serta beberapa penduduk” jawab elf itu dan Aoi agak terkesiap mendengarnya.
“kau kenal pemilik inn dan juga bar? Kenapa bisa?” tanya Aoi lagi
“well, dulu aku setiap bulan kemari dan master juga di kenal sebagai pengunjung tetap di sini, jadi, otomatis aku juga” jawabnya lagi.
“baiklah, kita akan ke inn yang Liv katakan, aku juga sering ke sana dulu. Setelah kita check in dan meletakkan barang kalian bebas mau belanja atau istirahat atau sekedar mampir ke bar” jelas Ruki dan Liv bersorak riang mendengarnya.
“kenapa kau terlihat senang begitu?” tanya Kai penasaran karena begitu mereka sampai ke inn itu, senyum Liv tidak hilang juga. “ada orang yang ingin aku temui di sini, oh! Paman! Lama tak jumpa” sapa Liv pada penjaga inn yang langsung tersenyum begitu melihat Liv.
“wah wah... siapa lagi kalau bukan Liv, ternyata gossip yang baru aku dengar itu benar ya.. kau benar-benar datang” kata pria paruh baya itu, ia menatap Ruki dan yang lainnya.
“apakah kau berteman dengan tuan Ruki serta teman-temannya?” tanya pemilik inn itu lagi.
“lama tak jumpa Thomas, kami secara tidak sengaja bertemu dan menjadi teman seperjalanan” Ruki maju dan mengambil buku tamu mereka untuk check in.
“o-oh... selamat siang tuan Ruki, apa yang membawa anda dan yang lainnya untuk ke tempat Liv?” tanya Thomas dengan canggung, Liv melihat mereka berdua dengan heran, kenapa sepertinya Ruki di takuti dan di hormati di sini.
“tidak ada, hanya ingin berjalan-jalan saja” jawab Ruki dengan senyum sopan yang dibuat-buat, ia meletakkan pena itu lalu berbalik ke arah yang lain.
“baiklah, Aoi satu kamar dengan Uruha, aku dengan Kai, Smitha dengan Liv, Nyx kau harus sendiri, dan Miyavi dengan Reita” Ruki membagi kamar mereka, ia memberi mereka kunci kamar setelah menerimanya dari Thomas.
“i’ll catch up with you guys later, aku keluar sebentar” kata Liv tiba-tiba, ia terlihat sangat terburu-buru saat keluar dari inn itu, Miyavi menatapnya heran, begitupula yang lain, tetapi Ruki tidak ambil pusing, ia membetulkan posisi tasnya dan berjalan santai ke dalam inn sambil menguap lebar.
*~*~*~*
Liv sudah berjalan menyusuri jalanan kota Lavius selama sekitar 1 jam, di beberapa tempat ia berhenti dan menjual atau men-trade barang-barangnya dari perjalanan sebelumnya untuk mendapatkan uang atau mendapatkan benda yang ia butuhkan dari bazaar yang ia dapat dari merchant, mereka menyambut kedatangan Liv yang sudah agak lama tidak mengunjungi mereka dengan senang, sehingga Liv mendapat sedikit diskon bahkan potion dan items penyembuh lainnya dengan cuma-cuma. “Liv! Is that you!?” tanya seorang traveler merchant dari lapaknya, Liv menoleh dan tersenyum sambil menghampirinya.
“good day Mr. George, aku lihat kau punya banyak koleksi baru” kata Liv yang berjongkok di depan lapaknya, orang yang bernama George itu tertawa dan duduk tegak, ia menunjukkan beberapa belati serta beberapa pasang sarung tangan, beltpocket, dan juga beberapa cloak dan coat. “mereka baru saja sampai, jika kau ingin assasin blade atau sword aku juga punya, silahkan kau pilih aku akan memberi bonus cloak dari bulu yeti yang langkah ini jika kau membeli beberapa” tawar George dan Liv tersenyum lebar, pertama-tama ia memilih belati baru karena milik dia yang lama sudah agak karatan, ia mengangkat, memperhatikan, memilah dan mempertimbangkan kenyamanan dan ketajaman belati-belati tersebut.
“aku pilih crossover, dan kriswand” kata Liv sambil memisahkan 2 belati yang ia pilih, satu berukuran kecil dan yang satunya lagi dengan bentuk menyeramkan dan berwarna hitam.
“pilihan bagus, ada efek samping untuk kriswand, musuh bisa saja terjangkit ‘sap’ dari sini, jadi kau bisa membiarkan mereka mati sendiri, ada lagi?” tanya George, dan Liv mengangguk. “aku punya 2 dark magicite, crooked fang, dan vital marlboro apa yang akan menjadi gantinya?” tanya Liv dan George mengangkat sebelah alisnya dengan senyum sinis. “bazaar yang kau minta ini sangat pintar Liv, seperti biasa, kau sangat tahu apa yang menarik perhatian kami para merchant, aku akan memberi mu 1 swarovski sword dan beserta sepatu ini” George mengluarkan sepasang stiletto boot sexy hitam yang spertinya terbuat dari besi. “ini cocok dan nyaman untuk di segala medan, twerbuat dari blacksteel dan di buat berdasarkan desain sepatu milik viera, desainnya juga bagus, aku sudah tahu seleramu, jadi aku yakin kau akan mengambil ini, 6000 Gil termasuk belati tadi, bagaiman?” jelas George dan Liv mengeluarkan 1 vial cairan berwarna kuning, 2 batu permata hitam yang mengeluarkan cahaya dan 1 taring serta uang sebesar 6000 Gil . “baiklah, sekarang beri aku cloak yeti itu, aku jamin itu ringankan?” tanya Liv dan George tertawa lagi sambil memberikan barang-barang yang di trade Liv.
“terima kasih atas bisnis menarik ini, sudah lama sekali kau tidak kemari, aku dengar dari Maya kau tidak bisa keluar dari desa karena harus terus mengawasinya, apa benar kau sudah menjadi kepala desa?” tanya George dan Liv mengangguk mantap. “benar, aku sudah 3 tahun menjalani tugasku sebagai kepala desa, dan untuk beberapa bulan belakangan ini aku sama sekali tidak bisa keluar, walaupun ada pertemuan untuk para elf, biasanya saat-saat ada pertemuan atau undangan dari kerajaan aku akan menyempatkan diri untuk mampir, tapi kali ini aku tidak bisa” jelas Liv dan merchant itu meng-oh. “begitu, ternyata remaja nakal yang selalu bersama Maya dulu sekarang menjadi wanita hebat, kami sempat khawatir juga, bagaimana keadaan desa, dan apa yang membawamu keluar?” tanya george lagi, elf putih itu terdiam sebentar lalu tersenyum kecut. “Ada beberapa hal terjadi, desaku sekarang baik-baik saja dan aku keluar Cuma untuk jalan-jalan saja” jelasa Liv dan George tersenyum lebar sambil mengangguk kuat.
“haha... baiklah m’child... selamat bersenang-senang di kota ini, dan salam untuk Maya!” serunya dan Liv mengangguk, lalu meninggalkan lapak merchant itu, ia kembali menyusuri jalanan kota sambil melihat sekitar, dan saat ia melihat ujung rambut berwarna hijau neon yang sedang memunggungi nya, ia tersenyum lebar dan menghampiri orang itu.
“Aiji!!” serunya, dan lelaki itu berbalik , dan terkejut melihat sosok Liv. “Liv!?”
*~*~*~*
“tolong dunkelheit dan jar kecilnya 1 lusin” Smitha mengunjungi toko serba ada yang tidak jauh dari inn mereka, sang penjaga toko yang sudah tua renta itu tersenyum sambil mengambil pesanan Smitha.
“nona penyihir, apakah anda datang bersama tuan Ruki dan Liv?” tanya kakek itu dan Smitha mengangguk. “benar, apakah anda mengenal Liv?” tanya Smitha dan kakek itu tertawa pelan, ia menaruh 1 lusin botol-botol kecil yang cantik dan 1 paket bunga berwarna merah di atas mejanya. “dia adalah anak yang enerjik dan semua orang di kota ini menyukainya, ia bagaikan berkah jika datang ke sini, setiap ia datang, rasanya kota ini semakin hidup, dan kehidupan kami yang biasa-biasa saja rasanya berubah saat anak itu datang, walaupun ia hanya belanja dan beristirahat disini, tetapi terkadang akan ada banyak keberuntungan bagi kami jika ia datang. Aku yakin ia sudah menjadi wanita yang sangat cantik sekarang” jelas kakek tua itu, ia membungkus belanjaan Smitha dan memberinya pada penyihir itu.
“kau memiliki mata yang baik, kau pasti teman Liv, tolong jaga dia, dunia ini sudah dalam kekacauan yang hebat, mengingat tuan Ruki ada bersamanya aku tidak yakin ini hal yang baik atau buruk, tapi kami yakin kekacauan ini akan segera hilang, karena biasanya tuan Ruki akan melakukannya, dan jika anak itu juga ada, mungkin hal baik akan datang bersama kalian” pesan kakek itu dengan senyum ramahnya, Smitha agak tertegun dan hanya bisa mengangguk pelan karena ia agak bingung apa yang di katakan oleh pemilik toko ini, lalu pergi keluar toko.
“hei, apa saja yang kau beli?” tanya Nyx yang menghampiri Smitha, ia memegang beberapa tas belanjaan, sepertinya ia juga baru belanja. “Beberapa pesanan Ruki dan stock obat” jawab Smitha seadanya, ia berjalan di samping Nyx sambil melihat sekeliling.
“sepertinya Liv benar-benar di sukai oleh para penduduk, beberapa dari mereka menanyaiku tentang dia dan ada yang berpesan untuk menjaganya” ungkap Nyx dan Smitha terlihat kaget akan hal itu. “kau juga?” tanyanya tidak percaya, Nyx menoleh kepadanya dan mengangguk pelan. “berarti kau juga ya... anak itu memang aneh... bisa-bisa ia mendapatkan informasi dari para merchant yang baru saja melewati desanya, kita harus segera mencarinya, atau Ruki akan mengomel” kata Nyx dan Smitha mengangguk tanda setuju. “aku tidak mengerti apa hubungan dia dan elf itu, tetapi sepertinya ini menyangkut hal yang gawat” gumam Smitha pelan.
“begitu, jadi kau di sini dalam perjalanan kembali bersama seorang vampire bangsawan dan teman-temannya” kata lelaki yang bernama Aiji itu, mereka sedang berada di sebuah restoran untuk makan siang bersama, merchant itu sengaja menutup tempat jualannya karena permintaan Liv yang ingin berbicara dengannya.
“benar, apa kau mendengar berita dari Maya?” tanya Liv lagi dan Aiji menggeleng pelan, ia menyesap kopi hitamnya, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangku. “begitu..” kata Liv dengan murung. “oh! Jika Maya datang bilang saja aku kembali bersama Miyavi, atau Ruki. Mungkin ia mengenal mereka berdua dan menyusul ku” jelas Liv dan lelaki berambut hitam dengan hijau neon di ujungnya itu hampir tersedak. “uhuk uhuk.. ka-kau.. kau bersama Ruki!? Jadi kau benar-benar datang bersama dia!?” Aiji hampir berteriak saat menanyakan itu, Liv agak terkejut dan hanya bisa mengangguk pelan saja saat ia mengatakan itu. “Be-benar, kau kenal? Sepertinya satu kota mengenal dia juga” tanya Liv ragu-ragu dan Aiji mengacak-acak rambutnya sambil menggeram kuat. “Liv, apa saja yang di ajarkan Maya padamu!? Apa kau tidak kenal Ruki si warlock yang sudah menghentikan beberapa peperangan selama berabad-abad ini!?” tanya Aiji sambil meremat meja dengan kedua tangannya, Liv terlihat bingung dan menatap Aiji dumbstruck. “bu-bukannya itu Matsumoto Takanori?” tanya Liv bingung dan Aiji menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil mengerang kuat. “itu sama saja Liv! Ia lebih dikenal dengan Ruki, ia itu di takuti dan di hormati di seluruh penjuru kerajaan, karena ia dulu adalah pempimpin pasukkan bahkan pernah menjadi senat, dan setiap ia keluar dari sarangnya pasti ada hal yang terjadi, kau tahu itu kan!?” tanya Aiji dengan geram dan Liv yang semakin terkejut dengan kikuknya mengangguk lagi. “a-aku... aku sama sekali tidak tahu kalau si faggot itu adalah dia! Ya ampun! Kenapa orang hebat itu adalah orang menyebalkan itu!!” omel Liv dan kali ini Aiji yang bingung.
“menyebalkan? Faggot? Liv, apa hubungan kalian jelek?” tanya Aiji ragu-ragu dan Liv mendengus kuat. “oh please. Aku membenci dia. Dan dia membenci aku. End of the story” jawab Liv, dan merchant itu tertawa renyah mendengarnya sambil menggeleng-geleng. “kau benar-benar di luar akal sehat, bisa-bisanya kau bermusuhan dengan orang yang di takuti sepenjuru negri seperti itu” ungkap Aiji sambil melipat kedua tangannya dan bersandar, ia menatap Liv dengan tidak percaya dan tertawa lagi.
“hahah... begitulah...” kata Liv sambil menyesap jus nya, mereka terdiam untuk sementara sambil menatap keluar jendela, melihat orang lalu-lalang, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Setelah beberapa saat Liv menoleh pada temannya itu dengan ekspresi muram.
“hei Aiji, apa yang terjadi?” tanya Liv pelan, berupa bisikkan yang hanya bisa di dengar Aiji, lelaki itu menoleh dan menatapnya heran. “dunia kacau, Uruha sang Nymph mengatakan bahwa tumbuhan sama sekali tidak nyaman, Reita si ifrit merasa panas bumi ini meningkat, bahkan Sinclaire ke daratan MoonForest yang mereka benci, apa yang terjadi? Kenapa hewan buas menjadi aneh? Kenapa undead bangkit kembali? Apa jangan-jangan ‘ya-“ “’yang’ bukan berarti penyebab utama kejanggalan ini, banyak sumber kekuatan yang menyerupai ‘yang’ dan banyak orang yang hanya ada 1 dari 1 juta orang yang lahir di masa-masa tertentu memiliki kekuatan yang bagaikan dewa, jika ‘yang’ bangkit maka ‘yin’ juga akan keluar, apa kau lupa akan keberadaan ‘yin’?” tanya Ruki yang tiba-tiba saja memotong perkataan Liv, ia berdiri di samping meja tempat mereka berdua sambil melipat kedua tangannya dan menatap mereka dengan bosan.
“fag, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Liv jengkel, ia menatap warlock itu atas bawah sambil meringis, bagaikan Ruki adalah sesuatu yang membuatnya jijik. Tetapi warlock itu sama sekali tidak ambil pusing, ia hanya mendengus dan menatap Liv. “apa yang kau harapkan jika aku ada di sebuah restoran? Membeli baju baru?” tanya Ruki dengan sarkastik dan Liv memutar bola matanya sambil membuang muka.
“tuan Ruki, selamat siang... terima kasih telah berbaik hati untuk menemani Liv kembali ke desanya” kata Aiji yang berdiri dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum sopan. “oh? And who are you to her?” tanya Ruki penasaran sambil menerima salam dari Aiji, ia agak bingung karena Aiji meremat tangannya dengan kuat. “the name’s Aiji sir, aku seorang merchant, dan aku teman akrab Liv di sini” Aiji memperkenalkan diri dan Ruki melepaskan tangannya dengan paksa. “oh... it’s nice to meet you Aiji” kata Ruki dengan sopan, dan Aiji mengangguk. “baiklah Liv, aku rasa sampai sini saja pertemuan kita hari ini, jika kau masih di kota besok, aku akan menjemputmu besok pagi, ada yang ingin aku berikan padamu” kata Aiji yang menoleh ke arah Liv, gadis itu mengangguk dan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Aiji mengangguk lalu berjalan melewati Ruki, tapi sebelum itu ia berbisik pada Ruki secara diam-diam.
“aku tahu apa yang kau lakukan pada dia dan keluarganaya 18 tahun lalu, jika aku mendengar lebih, aku yakin bukan aku saja yang akan menghajarmu. Ingat itu” kata Aiji dan cepat-cepat ia pergi meninggalkan Ruki yang sangat terkejut hingga ia tercekat tidak bisa mengatakan apapun, begitu Aiji keluar dari restoran barulah ia berbalik dan menatap kesal lelaki itu.
“hei fag, something’s wrong?” tanya Liv heran, Ruki berbalik dan menatapnya sebentar lalu meninggalkannya. “fucking faggot” geram Liv sambil terus melototi Ruki yang keluar dari restaurant itu. “geez, what’s with these people...” keluhnya gadis itu sambil menggaruk kepalanya, mereka semua mulai bertingkah aneh belakangan ini dan itu membuat Liv bingung dan ragu dalam mempercayai mereka.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar