Sabtu, 11 Juni 2016

The GazettE fanfic [LUNAR -chapter 4- I FUCKING CAN!]

Title : Lunar
Chapter : 5/?
Author : Shiro Usagi
Genre : fantasy, romance, sci-fi, friendship, angst
Warnings : language, abal dan gaje
Rating : PG-13
Pairing/characters : Ruki/Liv (OC) or Fag/Bitch, Aoi/Uruha, Reita/Nyx, Kai/Smitha
Disclaimer : The GazettE bukan punya saya TAT
Synopsis : Apakah kalian pernah mendengar soal kejadian Lunar? Di mana seorang elf yang Cuma ingin membuat desa nya lebih tentram harus melawan kejinya takdir? Di mana semua makhluk ikut berpartisi pasi dalam pesta pertumpahan darah ini? Pasti belum kan? Ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu, di mana sihir dan makhluk legenda masih hidup dan menyatu dengan damai… mari aku beritahu bagaimana ceritanya…
Comment : enjoy~




"hey ayo bangun" Liv merasa seseorang mengguncang tubuhnya yang lemah itu, ia membuka matanya dan langsung merasakan cahaya matahari yang begitu menyilaukan hingga ia harus mengangkat tangannya dan menghalanginya, membuat ia menggeram kesal karena matanya merasa sangat sakit karena itu.
"cepat bangun, kita harus bergerak" Liv mendengar suara Smitha yang sedang membereskan barang-barangnya bersama yang lain. "bagaimana keadaanmu?" tanya Uruha yang sedang di pakaikan sandal oleh Aoi, Liv melihat wajah cantik Nymph itu dengan mata mengantuknya dan mengangguk pelan sambil menggumam. "you guys disturbed my beauty sleep" keluh Liv dan muka Uruha terlihat jengkel mendengarnya. "dan keadaanku membaik, terimakasih" kata Liv dengan suara paraunya, dan tiba-tiba saja ada yang mengambil selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan sebelum ia sempat protes, sebuah jubah hoodie di lemparkan ke mukanya. "beauty sleep mu bisa menunggu bitch, like, forever" omel Ruki yang melipat selimutnya dan memasukkan kedalam koper Nyx, dan tiba-tiba saja koper itu hilang, membuat Liv teriak kaget. "where the fuck is it!?" tanya Liv dan Smitha menunjuk ke arah tongkat sihirnya. "Aku menyimpannya di dimensi lain sebentar" jawabnya dengan santai dan memakai tas kecilnya, Liv meng-oh lalu merenggangkan badannya sambil menguap lebar, obat-obatan yang di beri mereka semua ke dalam tubuhnya semalam sepertinya sangat manjur, ia lebih segar sekarang.
"hutan ini sangat bahaya, bagaimana kita melewatinya?" tanya Reita menatap hutan di depannya dengan enggan, ia pernah ke sini beberapa kali untuk menghindar dari penangkap jinn atau hanya untuk bersenang-senang saja, tetapi itu bisa di hitung dengan jari karena hutan ini bagaikan neraka yang berwujud surga. Ruki maju ke depan sambil memakai cloaknya dan menyeringai.
"kita serahkan pada sweet Kai" katanya dengan enteng dan semuanya meng-oh. "what? we kill the plants?" tanya Kai terkejut, ia tidak menyangka ia harus membunuh semua makhluk yang menghalangi jalannya nanti.
"and the rocks, the skulls, beasts, waters, animals etc etc" sambung Liv. "mereka tidak akan mati selamanya, sebentar lagi juga mereka akan kembali hidup dengan tanah ajaib yang ada di sini" ujarnya sambil mengetatkan tali bootsnya dan mengikat rambutnya mejadi pony tail. Kai melihatnya dengan heran, bagaimana seorang elf seperti Liv tahu sedetil itu? apa ia pernah ke sini? sangat diragukan melihat ia sakit hanya karena basah,angin dan suhu rendah sedikit. "ayolah Kai, akan lebih mudah kalau kau membuka jalan buat kami" kata Miyavi dan Kai menghela nafas, sebenarnya ia tidak ingin melakukan ini, tapi apa boleh buat, toh mereka akan hidup kembali, menurut Liv.
"baiklah, jangan mendekati ku lebih dari 5 meter, dan untuk benda mati seperti batu dan semacamnya aku serahkan pada Smitha dan Ruki" peringat Kai dengan tegas dan menunjukkan jari telunjuknya, semuanya mengangguk dengan mantap. "apakah itu 360 derajat?" tanya Liv dan Kai tersenyum lalu mengangguk. "kita tidak akan tahu para monster itu akan menyerang dari mana saja" jelasnya dan Liv mengangguk, mengetahui ternyata Kai cukup hebat dalam mengatur kekuatan basilisknya itu, berarti ia bukan orang lemah. noted. setelah mereka mengubur bekas api unggun dan makan malam mereka, akhirnya mereka masuk ke hutan, begitu Kai berjalan mendekati hutan Liv melihat tumbuhan-tumbuhan di depannya layu dan menghitam secara perlahan, Liv melihatnya dengan takjub dan ketakutan, bagaimana jika itu adalah dia? mati tanpa rasa sakit, cara bagus untuk bunuh diri. ia berada di tengah-tengah gerombolan itu, Ruki dan Smitha di depannya, Nyx dan Uruha di kirinya dan Reita dan Aoi di kanannya serta Miyavi di belakangnya, selama perajalanan yang ia pijaki adalah bangkai tumbuhan dan hewan aneh yang sudah mati, kekuatan Kai benar-benar efektif, sampai sekarang mereka tidak perlu bersusha payah untuk melawan tumbuhan liar dan binatang pemangsa lainnya, tetapi di luar jangkauan Kai, hutan ini benar-benar indah, burung-burung berkicauan dengan suara liar lainnya, hijau dan berwarna-warni di sekitarnya, bagaikan taman di negri dongeng dengan peri berterbangan, sayangnya tempat ini terlalu berbahaya.
"apa-apaan posisi ini?" tanya Liv yang merengut dan melipat kedua tangannya di depan dadanya sambil mendengus keras. Uruha menatapnya heran dan dahinya. "brat, kau seharusnya berterima kasih, kami sudah mau melindungi mu, dengan posisi begini kami tidak perlu khawatir jika kau tiba-tiba menghilang atau di tangkap tanpa kami ketahui" jelas Uruha, dan Liv menggembungkan pipinya. "i can protect myself" gerutu Liv dan Uruha memutar matanya melihat kekeras kepalaan anak itu, mereka terus berjalan tanpa gangguan, ada beberapa akar dan pemangsa besar yang ingin menerjang mereka, tetapi begitu mereka masuk dalam jangkauan Kai, semuanya berhenti dan jatuh dengan nyawa melayang.
"Uruha, apakah ini tidak apa-apa bagimu melihat tumbuhan-tumbuhan ini?" bisik Liv pada Uruha mengingat bahwa ia adalah Nymph tumbuhan, lelaki cantik itu melihatnya dengan bingungn lalu mengangkat bahu tidak perduli. "Selama aku tidak di bunuh oleh mereka tidak masalah, lagi pula seperti kata kau, mereka akan hidup aku dapat merasakan tanah ini mulai bekerja pada mereka. kecuali untuk para hewan buas itu ya" jawab Uruha dengan santai dan Liv meng-oh, lalu mereka merasakan guncangan yang sangat kuat, hingga ia harus berpegangan pada Nyx. "apa itu!?" tanya Reita dengan waspada dan melihat sekeliling.
"A golem, serta beberapa hewan buas mengarah ke sini" kata Nyx dengan tenang, Miyavi menarik Liv ke belakangnya dan Smitha mengayunkan tongkatnya dengan menggumamkan mantra dengan pelan, lalu mantra pelindung tak terlihat menyelubungi Liv.
"stay there!" teriaknya dan mereka semua berpisah, Smitha, Aoi dan Uruha ke kiri, Ruki, Reita dan Nyx ke kanan, serta Miyavi lompat setinggi mungkin dan berlari ke depan Kai. "What!!? hei!! lepaskan aku!! aku bisa membantu kaliaaan!!! heiii!!!!" teriak Liv yang memukul dinding tak terlihat itu dengan kuat, tetapi bergeming pun dinding itu tidak, ia dapat melihat sebuah batu besar yang bergerak datang dengan beberapa hewan buas yang besar datang kepada dirinya, tetapi sebelum mereka semua sampai, sebuah bola api besar mengenai bahu kiri bebatuan yang membentuk tubuh manusia itu, lalu auman besara hewan besar terdengar dan Aoi menerjang hewan-hewan itu bersama Nyx, ia dapat melihat bagaimana cakar-cakar Nyx menyayat kulit mereka dan betapa mudahnya Nyx melemparkan mereka, vampire. Mereka benar-benar indah da menyeramkan, sedangkan Aoi menyerang dengn brutal tetapi sangat efektif, Liv melihat Uruha mengeluarkan beberapa tumbuhan menjalar dari tanah saat ia mengangkat kedua tangannya, lalu tumbuhan-tumbuhan itu mengikat para golem dan Smitha mengeluarkan sihir penyerangnya, sihir listrik di keluarkan dengan bentuk bola listrik turun dari langit dan menyerang golem itu hingga tumbang, selama ini Liv tidak melihat Ruki dan Kai maju, mereka berdua hanya siaga di belakang, tepat di depan dirinya, sekitar lebih dari 5 meter di depan, lalu seekor ular besar sekali muncul di balik asap bekas ledakkan yang di sebabkan Nan, hendak menyerang Kai tapi, Liv melihatnya dengan jelas, mata ular Kai yang berwarna kuning dengan bintik hitam dan juga pupil hitam yang membuat bulu kuduk berdiri itu mengecil, sebuah cahaya transparan hitam tertuju pada ular itu dan tiba-tiba saja ular itu mati bahkan mayatnya berubah menjadi debu, Ruki menjentikkan jarinya dan Liv menyadari kalau ada beberapa monster di sekitarnya, karena terlalu terfokus melihat cara mereka semua bertarung ia sama sekali tidak menyadari itu, dan tiba-tiba saja monster-monster itu berteriak ke sakitan dan mereka semua meledak dengan organ tubuh mereka yang terbakar bertebaran, hingga di luar dinding pelindung Liv. Gadis itu tergagap melihat mereka semua, bagaikan musuh besar dan kuat di depan mereka itu tidak ada apa-apanya, mereka semua membasminya dengan mudah tanpa bergerak banyak ataupun mengeluarkan sihir hebat, bahkan Ruki sama sekali tidak bergerak, ia bahkan tidak mengeluarkan tongkatnya, begitu pula Reita dan Miyavi yang tidak perlu berubah bentuk atau mengeluarkan keahliannya, cukup bertarung dengan tangan kosong seperti Aoi dan Nyx mereka sudah merobek-robek para monster itu.
“oke, that’s it...” kata Ruki yang kembali ke hadapan Liv, ia tersenyum licik membuat Liv ingin sekali meninjunya dan menghilangkan senyum menyebalkan itu lalu menyentuh pelindungnya dan pelindung itu mengeluarkan sinar lalu menghilang. “that was easy” kata Reita yang datang bersama lainnya. “kalianlah yang monster sebenarnya” kata Liv sambil melipat tangannya “itu sebabnya lain kali kau harus menurut brat” kata Uruha dengan ringan dan Liv menatapnya tajam.
“i’ve told you guys, i can protect myself” kata Liv dengan frustasi tetapi tidak ada yang memperdulikannya, yang ada mereka hanya berbicara dengan antusias bagaimana mereka menghadapi musuh tadi, membuat Liv menghentakkan kakinya dan menggerutu dengan pelan. Pada ambush yang berikutnya juga begitu, ia di kurung oleh Miyavi dalam bola air karena begitu merasa segerombolan mayat hidup menerjang mereka, ia melompat tapi Nyx jauh lebih cepat dari dia menariknya ke bawah, begitu juga yang selanjutnya dan selanjutnya, berkali-kali ia mencoba kabur dari penjagaan mereka, tetapi tidak pernah berhasil.
“for god sake bitch!! Dengarkan kata-kata kami! Ini demi kau juga!” seru Ruki yang emosi menghadapi sikap kerasa kepala Liv, ia berdiri di depan Liv yang membuang muka dan tidak peduli, Ruki menggeram kesal dan mengusap mukanya dengan kasar lalu menggaruk kepalanya dengan kasar juga, begitu kesal melihat elf ini.
“itu benar Liv, menurutlah, kami melakukannya demi kau juga” kata Smitha yang menghela nafas dan melanjutkan tugasnya membantu Kai masak, sekarang mereka sedang berkemah di dekat jurang dengan pemandangan air terjun yang begitu indah, langit malam bertaburan bintang yang sangat terang dan banyak, bahkan mereka bisa melihat milky way, di tambah dengan kunang-kunang di sekitar air terjun dan jurang itu membuat pemandangannya lebih indah, walaupun keadaan mereka benar-benar tidak seindah pemandangan ini.
“aku tidak perlu di lindungi oleh orang yang tidak percaya pada ku, aku bisa pergi sendiri tanpa bantuan kalian sebenarnya, aku hanya perlu cara cepat saja. Jika begini lebih baik aku pergi sendiri” gumam Liv yang sudah sangat emosi dengan perlakuan mereka, ia senang di perlakukan berharga, tetapi tidak dengan seperti gelas rentan seperti ini, ia merasa bagaikan beban saja, harus di jaga terus. Ia adalah wanita yang mandiri, ia terbiasa melakukan semuanya sendiri, tidak di awasi dengan para dewa dan monster ini. Ia dapat melihat pandangan marah dari Ruki, tetapi ia tidak peduli, ia malah meninggalkan warlock itu tanpa kata, membuat emosinya semakin di ujung tanduk.
“fine! Pergi sana! Jangan minta bantuan kami jika kau hampir mati!! Sebuah kesalahan kami telah menolong wanita jalang dan tidak tahu diri seperti kau!” seru Ruki dan itu membuat Liv berhenti dan melirik Ruki dengan penuh kebencian, itu sangat sakit untuknya, hatinya rentan jika mereka harus tahu, ia mulai mempercayai mereka, tetapi mereka tidak mempercayai dia, itu oke, walaupun sakit sekali, tetapi dengan ini... rasanya ia merasa mereka benar-benar tidak berniat menolong dirinya. Dengan pelan ia berbelok, tanpa melihat siapapun di sana dan masuk ke dalam hutan tanpa suara, Nyx mencoba menghentikannya tetapi sesuatu menahannya, kekuatan penghenti Ruki, hal yang ia benci, tidak ada yang bisa melawan mantra nya ini, bahkan Miyavi.
“Ruki, kau tidak harus berkata begitu” kata Miyavi dengan pelan tetapi tegas, tetapi Ruki tidak peduli ia menggeram dan pergi meninggalkan teman-temannya yang menunjukkan ekspresi tidak percaya dan khawatir serta marah, ia terus berjalan dan duduk di pinggir jurang, menatap air terjun itu dengan pandangan kosong, ini malam yang indah, seharusnya ia menikmatinya. “that fucking bitch” gerutu Ruki sambil mengeratkan kepalan tangannya.
“seharusnya kau tidak mengusirnya dan mengatakan hal kejam begitu, hatinya itu rapuh dengan kata-kata begitu tahu” kata Uruha yang berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat di depan dadanya. “what do you know Uru? Kalian bahkan selalu berkelahi” kata Ruki dan Uruha mendengus, ia menggeleng pelan dan duduk di sebelah Ruki.
“aku bisa melihatnya langsung bodoh. Dan aku juga tahu kau mempunyai rasa tertarik pada gadis itu kan?” lanjutnya dan Ruki melihatnya dengan bingung “apakah Aoi terelalu banyak melakukan itu pada mu hingga otakmu tidak berfungsi?” tanya Ruki dengan sarkastik dan Uruha hanya tertawa saja mendengarnya. “jangan berbohong padaku Ru-chan, aku tahu anak itu berharga untuk mu. Kejarlah dia” kata Uruha dan Ruki menggeleng.
“ia sama sekali tidak berharga untukku, buat apa aku mengejarnya?” tanya Ruki dengan tidak peduli dan Uruha menghela nafas kesal dan melototi Ruki dengan wajah tidak senang. “you know what Ruki? Could you just be honest with yourself at least?” tanya Uruha dengan kesal tetapi Ruki tidak memperdulikannya ia hanya menatap langit dan memperlakukan Uruha seperti tidak ada di sana.
“fuck you and your atittude” gerutunya dan bangkit dari situ meninggalkan Ruki sendirian, warlock itu menghela nafas dan melihat ke bawah, jauh di lubuk hatinya, ia sangat mengkhawatirkan Liv, hingga di malam berbintang itu ia sama sekali tidak tidur dan terus terjaga, jikalau ia mendengar teriakkan gadis itu.


Paginya mereka melanjutkan perjalanan, Ruki sama sekali tidak berencana pulang, karena ia perlu menge-check ada apa di MoonForest dan dari pertarungan semalam, para monster bersikap aneh dan lebih liar serta kuat, membuat ia dan teman-temannya semakin penasaran.
“i wonder if Liv is survive or not” kata Kai dengan kuat, membuat Smitha menghela nafas berat. “entahlah” katanya, lalu Miyavi dan Nyx berhenti berjalan. “kami akan mencari dia, kalian diluan saja” ujar Miyavi dan mata mereka semua melebar mendengarnya. “tidak, kau tidak akan bisa menemukan dia, lagi pula ia akan baik-baik saja, seperti katanya, ia bisa menjaga diri” kata Ruki dengan tegas dan ekspresi Miyavi mengeras, begitupula dengan mata Liv. “ini salahmu karena kau membiarkannya pergi Ruki, dan kau sama sekali tidak mau bertanggung jawab, bagaimana kalau ia tidak selamat dan tidak sempat meminta tolong? Ingat Ruki, dia itu kepala desa MoonForest,kita memerlukannya selamat jika ingin masuk ke sana. Karena mereka tidak akan membiarkan orang lain masuk tanpa persetujuan darinya. Dan yang lebih penting lagi, ia hanya seorang gadis kecil yang ingin pulang ke tempatnya berasal, dan kau mengacaukan semuanya” kata Miyavi dengan tegas, Ruki mengertakkan giginya, ia benar,anak itu adalah MoonForest, kepala desanya, satu-satunya yang terpilih oleh ayahnya, dan dia...
“woo hooo!!” pikiran Ruki terhentak dan mereka tersentak begitu mendengar seruan senang dari suara yang sepertinya mereka kenal itu, semuanya mendongakkan kepalanya dan begitu terkejut melihat Liv, berayun dengan akar pohon, dengan beberapa akar pohon lain yang berduri dan beberapa tumbuhan aneh memiliki mulut menyeramkan serta ular mengejarnya di belakangnya, dan jumlahnya tidak sedikit.
“what the fuck!?” umpat Reita yang terkejut melihat gadis itu berayun-ayun dengan bebas, ia berhenti di sebuah pohon dan dengan kedua kakinya ia mendorong dirinya menuju arah para tumbuhan gila itu, dan mereka semua melihat dengan kagum, bagaimana dengan gemulainya gadis itu menyelipkan tubuh langsingnya itu ke antara tumbuhan itu dan melewati mereka dengan mudah, lalu ia mengeluarkan pedang kecil dari balik boot nya dan memotong beberapa di antara mereka dengan mudah, lalu dengan tumpuan batu besar ia kembali memotong semuanya dengan kecepatan tinggi.
“w-what?” kata Aoi yang tidak percaya melihat skill gadis yang selama ini ia kira tidak bisa melakukan apa-apa, lalu mereka terkejut begitu melihat Liv memanfaatkan kebutaan direksi tumbuhan itu karena mereka terlalu terfokus padanya dan pada akhirnya akar-akar menjijikkan itu terbelit satu sama lain dan tidak dapat menggapainya.
“TAKE IT BITCHES!!!” teriaknya dengan keras dan tiba-tiba saja segerombolan gorila yang mengamuk dan tidak bisa di katakan kecil melompat dari balik pohon, tetapi Liv segera menghindar dan 2 gorila saling memukul, dengan itu Liv melompat dari pohon.
“fucking stupid gorrilas!” gerutunya, ia mengepalkan tangannya dan memukul kedua gorrila itu hingga mereka jatuh ke tanah dengan keras, menyebabkan tanah itu retak dan membuat lubang, belum puas menghajar para gorrila itu Liv mengangkat satu kakinya hampir 180 derajat dan menghentakkannya kebawah dengan kuat, membuat lubang itu semakin besar dan tanah di sekitarnya bergetar, lalu ada sebuah babi hutan yang besar sekali dengan liar berlari ke arahnya.
“DINNEEEEEERRR!!!” teriaknya dengan histeris membuat Ruki dan yang lainnya makin terkejut dan takut, lalu dengan mudah Liv meninju sisi kanan babi itu dan ia langsung K.O begitu menghantam batu besar di sana. Menyadari ada musuh yang akan datang lagi, Liv berlari ke sebuah pohon tinggi tetapi agak ramping, lalu dengan satu pukulan ia menumbangkan pohon tersebut dan memeluknya.
“FUCKING FAGGGOOOOOOOOOOTTTTT!!!!!!!” teriaknya dengan keras dan penuh kebencian membuat Ruki serta teman-temannya sadar, bahwa gadis itu masih emosi, ia melihat elf putih itu mengayunkan pohon itu pada serigala dan anjing liar yang ada di dekat sana, menerjang ke arah dirinya.
“i-i i never thought she would be this strong” kata Kai tidak percaya melihat Liv menghancurkan begitu banyak monster sendirian tanpa kesulitan sedikitpun, ia melihat satu daerah kecil hutan penuh dengan monster yang bertumbangan, dan pelakunya adalah seorang gadis elf kecil muda.
“Watch outt!!!!” teriak Nyx yang melompat begitu melihat ular besar muncul dari semak-semak dan hendak menyerang Liv dengan suara desisan yang jelas sekali. “froze” bisik Ruki dan ular itu tiba-tiba saja mejadi es dan pecah menjadi kepingan es kecil sebelum ia sampai ke tempat Liv yang sudah mengeluarkan sebilah belati di balik bootnya. Ia terkejut dan memandang mereka semua dengan mata yang terbelalak, lalu setelah beberapa detik berpandangan dengan Ruki secara sengit, ia mendecak dan berbalik ke arah babi tadi serta beberapa serigala liar tadi, mengambil bagian-bagian penting yang bisa ia manfaatkan seperti daging, taring serigala dan anjing itu yang bisa ia jadikan senjata, serta kulitnya yang bisa ia jadikan kain dan menjualnya. Tetapi Nyx dan Aoi dapat mendengar dengan jelas sumpah serapah serta caci maki Liv untuk mereka semua. “aku rasa kita benar-benar telah salah menilainya, ia benar-benar bisa bertarung, bahkan bisa memanfaatkan hasil pertarungannya” kata Aoi sambil menggaruk tengkuknya.
“Liv” panggil Smitha degan pelan, ia memandang Liv yang sedang membongkar isi babi hutan itu dengan pandangan bersalah, seharusnya ia tahu, anak ini tidak pernah berbohong, ia sudah dewasa dan tidak remaja yang menyombongkan diri lagi, ia hanya ingin membantu mereka saja.
“look, we’re sorry.. we d-“ “sudah aku katakan berkali-kali kalau aku bisa melindungi diriku! Tetapi kalian tidak percaya sama sekali! Menganggap aku ini anak kecil yang tidak bisa apa-apa! For god sake! Aku sudah 23!! Bukan bocah!! Aku sudah melihat isi dunia ini! Hanya karena kalian hidup lebih lama dan bukan makhluk biasa bukan berarti kalian bisa menganggap semuanya lemah dan tidak tahu apa-apa dammit!!” teriak Liv memotong perkataan Smitha, ia menunjuk Smitha dengan belati pemburunya yang berlumuran darah itu, membuat Smitha agak takut dan mengambil langkah ke belakang. “kami hanya mencoba melindungi Liv, bukan-“ “sudah aku katakan aku bukan bocah! Setidaknya kalian bisa membiarkan ku membantu kalian! Dammit! Tapi kalian sama sekali tidak percaya padaku!!” potongnya lagi dengan geraman kuat ia menarik jantung babi itu dan membuangnya Smitha merintih ketakutan begitu jantung itu mendekatinya, ia benci jantung babi, setelah menyimpan hal-hal yang ia perlukan, Liv membersihkan belatinya dan menyimpannya lalu berjalan menuju arah timur dengan muka masam, tetapi sebelum ia sempat berjalan jauh Uruha muncul di depannya.
“Liv, we are sorry. Kami terlalu over protective, bukan berarti kami menganggapmu lemah hanya saja...” Uruha menunduk dan menatap mata putih Liv dengan mata hijaunya, Liv dapat melihat kalau ia merasa bersalah karena meragukan Liv, tangan besar dan putih itu memegang bahu kanan sang elf, ia menunduk dan mengeratkan kepalan tangannya, pandangannya sudah buram karena air mata yang sudah menumpuk, sungguh sakit rasanya tidak di percayai dan di perlakukan dengan lemah, apalagi seperti tahanan, ia bersalah hanya karena meminta bantuan para makhluk hebat ini kah? Salahkah ia meminta bantuan pada dewa?
“karena kami menyayangi mu...” kata Aoi yang muncul di belakang Uruha, ia memasang senyum canggung seperti malu melihat Liv setelah apa yang ia lakukan pada gadis itu, Liv terperanjat kaget mendengarnya.
“benar, kita baru saja bertemu, tapi ada satu hal di dalam diri putih mu, yang tak kalah putih. Yang menarik kami ingin selalu melindungi mu dan membuatmu aman dan nyaman, kami tertarik pada mu dan langsung jatuh hati pada mu kalau kami boleh jujur” sambung Reita, Liv tercengang dan merasakan hangat tangan Reita di kepalanya, ini hangat yang berbeda dari yang ia rasakan sebelumnya, seperti Reita memberi ia rasa hangat lain yang menjalar menuju hatinya.
“benar kata Reita, karena kau teman kami, kami tidak ingin kau dalam bahaya, maafkan kami atas perlakuan tidak adil kami, tapi itu hanya semata-mata karena kami menyayangimu” kata Kai dari jauh dan senyum mataharinya cukup membuat air mata Liv terjatuh dan ia menundukkan kepalanya.
“ma, ini juga salah kami, tidak ada yang perlu kau sesali” kata Smitha dengan lembut dan ia melihat Liv dengan pandangan teduh. “maafkan aku” kata Nyx dengan dingin lalu menarik Liv dengan pelukkan penuh kekuatan hingga ia tidak bernapas sama sekali, setelah beberapa detik akhirnya ia melepaskannya.
“for a bitch, kau tidak terlalu buruk walaupun keras kepala dan emosian” kata Ruki tiba-tiba dengan senyum mengejek ke arah Liv dan Liv mengertakkan giginya begitu melihat Ruki. “i’m sorry” bisik Ruki dan itu mengagetkan Liv, karena ia mendengar bisikkan itu seperti sebuah kejujuran dari hati paling dalam, ia dapat merasakannya entah bagaimana itu ia tidak tahu. “bitch” sambung Ruki dengan lantang dan Liv menggeram pelan lalu menghapus air matanya dengan sapu tangan secara anggun, dan mengibaskan rambutnya lalu membuang muka sambil mendeham kuat. Lalu melirik Ruki dengan nakal “fuck you faggot” katanya dan Miyavi tersenyum lega melihat ke akuran mereka kembali, ia melihat Uruha menepuk punggung Liv dengan bangga sambil mengatakan ‘my blood’ dan mereka tertawa bersama di ikuti Ruki yang menyentil dahi Liv dan mengatakan sesuatu yang membuat Liv marah kembali. Tapi ada hal yang juga harus ia khawatirkan selain itu. “uhm guys...” kata Miyavi dengan ragu-ragu, mereka semua berbalik dan melihat Miyavi dengan heran.
“yeah?” tanya Uruha bingung, lalu ia melihat Miyavi menunjuk ke arah belakang mereka membuat mereka melihat kebelakang dan secara asli, mata mereka membulat hingga hampir keluar dari tempatnya begitu melihat makhluk yang ada di belakang mereka.
“RRROOOAAA!!!” mereka semua mematung begitu seekor tyrex mengaum di depan mereka dengan gigi-giginya yang tajam. “ru-run for your life bitches!!!!” teriak Uruha yang mengambil langkah seribu di ikuti yang lainnya beserta tyrex yang mengejar mereka itu.
“wait!? Kenapa kita lari!?” tanya Ruki yang berlari di sebelah Reita, jinn itu melihatnya dengan bingung dan akhirnya ia menyadarinnya. “karena ini serangan mendadak dan kita tidak menyadarinya!!!” teriak Aoi yang mempercepat langkah larinya bersama larinya. “So why are you fasten up your speed idiots!!” teriak Smitha yang mengeluarkan tongkatnya dan melemparkan sebuah mantra pada tyrex itu dengan posisi berlari, dan tiba-tiba saja tyrex itu berubah menjadi seekor kadal kecil dan mereka berhenti berlari kecuali Liv.
“Brat!? Mau kemana kau!!!???” teriak Uruha dengan nafas terengah-engah, Liv melirik mereka sebentar lalu berteriak “di sana sarang jamur beracun! Cepat lompat dari sana!!” teriaknya lagi, Ruki mengalihkan pandangannya ke bawah, dan matanya melebar begitu melihat spora jamur berwarna pelangi berterbangan. “MY FABOLOUS SHOES!!!” teriaknya dan melompat bersama yang lain, ia dapat merasakan kakinya tidak bisa bergerak lagi, dan ia kehilangan sepatu tercintanya. Yang lain juga ikut melompat dan mendarat di tempat Liv yang sudah membersihkan tempat yang menurut Kai adalah tempat mereka berkemah kali ini, secepat apa ia membuatnya?
“aw! My dress!!” rutuk Nyx yang mengangkat rok gaunnya dengan penuh kekesalan karena rok gaunnya telah hancur akibat spora tadi. “ashes mushroom, spora mereka bagaikan cairan keras berbentuk bubuk. Ada yang terluka? Fag, kau lumpuh kan? Pasti terkena rumput junkras di sekitar sana, sini aku lihat” kata Liv yang berjalan menuju Ruki yang menggunakan kekuatannya untuk melayang, benar apa yang Liv katakan, ia lumpuh, kakinya yang berharga lumpuh, ia melipat kedua tangannya dan mendengus kesal, ia dapat menyadari teman-temannya melihatnya dengan khawatir, ia jadi ingat kalau ia tidak memiliki fisik sekuat Reita atau Nyx, atau bahkan Kai dan Aoi. “aku punya antidotenya, tapi perlu 5 minggu untuk sembuh” kata Smitha yang dengan terpincang berjalan ke arah batu dan duduk di atasnya, ia menghela nafas berat dan meringis begitu merasa luka bakar yang ada di betis dan tangannya. “tidak perlu, aku bisa menyembuhkan kalian semua” kata Liv yang selesai memeriksa kaki Ruki, “itu bukan spora biasa, jadi ia akan masuk ke dalam sel kalian dan secara perlahan membunuh kalian dengan membakar sel lain, antidotenya sama sekali tidak ada di sini, kita harus mendaki gunung the hermit untuk menemukannya, white tuff hanya ada di sana, lalu kalian harus terbang lagi ke water forest untuk menemukan troll dan mengambil empedunya, dan bahan utamanya adalah anti oxidan siri yang ada jauh di pedesaan kampung Alam yang ada di sumatera sana.” Jelas Liv dan Smitha melihatnya dengan jengkel bersama Ruki.
“kami tahu itu Liv, tidak perlu kau jelaskan, kami yang menemukannya” kata Smitha dengan sebal dan Liv berhenti dari meletakkan lidah buaya yang sudah ia belah dua di atas kaki Nyx, dengan wajah pura-pura kaget, ia mengangkat bahunya. “oh, sorry.. aku pikir kalian lupa, karena wajah kalia terlihat bingung begitu” katanya dan Smitha serta Ruki mengertakkan giginya untuk tidak merubah elf ini menjadi kutu kecil dan menghancurkannya dengan satu jari mereka saja.
“oke, pencegahan pada Nyx sudah selesai, jadi...” Liv menutup matanya dan cahaya putih keluar dari tubuhnya, Aoi dan yang lain dapat melihat luka mereka secara perlahan terembuhkan, bahkan benar-benar sembuh total tanpa luka. Mereka semua terkejut melihat Liv yang menyembuhkan mereka semua dengan mudah. “Apa? Aku adalah cleric terbaik di desaku tahu” katanya dengan bangga, dan itu benar, ia mendapatkan kemampuan white magic dengan kata lain ahli penyembuh dan melepaskan kutukkan yang sangat hebat, para elf terkenal dengan magic nya jika kalian tahu.
“ta-tapi ini tidak normal, bahkan gaunku kembali dengan normal, seperti sihir pengembali waktu” kata Smitha tidak percaya dan Liv Cuma mengangkat bahu tidak peduli. “itu yang kudapatkan, sebaiknya aku bersyukur dari pada menyianyiakannya” kata Liv sambil memasukki tenda dengan santai, Ruki terus menunduk dan menatap kakinya, kepalanya sangat sakit memikirkan Liv.
“kau tidak apa-apa?” tanya Reita yang menyadari kegelisahan Ruki, Ruki terkesiap dan melihat Reita dengan terkejut, jinn itu menatapnya dengan heran dan juga perhatian. Sang warlock tersenyum kecut dan mengangguk pelan. “aku baik-baik saja, sebaiknya kita istirahat, hari sudah menggelap” kata Ruki yang duduk di depan api unggun yang belum nyala, Aoi dan yang lain hendak menanyai sang warlock yang tiba-tiba diam saja, tetapi melihat ekspresi berpikir Ruki, mereka semua mengurungkan niatnya dan membiarkan temannya untuk berpikir jernih dulu, Reita menyalakan api unggunnya dan Liv keluar dengan bahan makanan yang sudah ia siapkan tadi.
“Aku harap kalian suka daging panggang dengan rasa asin, karena ini favorite ku, aku sedang kesal dan kalian tidak dapat protes, aku harus makan ini atau ada yang terluka” omel Liv dan Ruki mendengus mendengarnya. “kau seperti perempuan yang sedang datang bulan saja.. wait, aku salah, kau memang dari sananya begitu, cerewet dan banyak tingkah” cibir Ruki dan Liv menahan dirinya untuk tidak melemparkan pisau nya ke arah warlock itu.
“ah... sini biar aku masak dengan sihir saja, kau pasti sudah lapar sekali” kata Smitha yang mengayunkan tongkat sihirnya dan daging yang di buru Liv tadi langsung matang dengan harum yang menggugah selera, para perempuan dan yang berhati perempuan (dengan kata lain Uruha) sudah berkumpul di bawah pohon, sedangkan yang lelaki menyusun rencana untuk memperkirakan kapan mereka sampai dan jalur mana yang akan mereka pakai.
“jadi Smitha, kau sudah ratusan tahun hidup menjadi penyihir ya?” tanya Liv pada Smitha, penyihir itu mengangguk dengan yakin. “benar”jawabnya.
“berarti kau keturunan penyihir murni atau tidak?” tanya Liv lagi, Smitha menelan makanannya dan mengangguk. “aku penyihir murni” kata Smitha lagi. “dan dia adalah murid si Ruki” sambung Uruha dengan datar, dan mata Liv melebar.
“What!? Kau murid si faggot itu!? Bukannya dia warlock? Dan bagaimana kau bisa menjadi muridnya!?” tanya Liv yang sangat terkejut, Smitha menunduk sebentar sambil tersenyum kecut, di matanya memancarkan kenangan pahit yang ia ingin lupakan. “aku juga tidak tahu” kata Smitha. “Ruki belum memberi tahumu?” Tanya Uruha yang terkejut mendengar jawaban Smitha, Smitha mengangkat kepalanya dan menggeleng, membuat Uruha menghela nafas karena kecewa. “ya ampun sudah 700 tahun lebih tapi ia belum kuat memberitahumu, padahal kau sudah cukup dewasa” kata Uruha menggelengkan kepalanya dan Liv, Nyx serta Smitha melihat Uruha dengan heran.
“apa maksudmu Uru? Apa yang Ruki sembunyikan?” tanya Smitha dengan penasaran, ia ingin sekali tahu apa yang di sembunyikan oleh sang warlock itu.
“dari kecil kau sudah bersama dia kan?” tanya Uruha pada penyihir itu, ia mengangguk pelan dan menatap Uruha dengan dahi yang mengernyit dan wajah yang khawatir. “sejak bayi aku sudah di tangan dia, itu yang kalian ceritakan” kata Smitha dan Uruha mengangguk tanda ia ingat akan hal itu. “apakah kau tahu kenapa?” tanya Uruha dan Smitha makin mengerutkan keningnya. “karena orang tua ku membuangku?” tanyanya dengan tidak yakin, karena itu yang di katakan mereka semua, tapi karena mendengar Uruha mengatakan itu, ia sama sekali tidak yakin dengan cerita Ruki dan yang lainnya, ia dapat melihat Uruha menghela nafas lalu melototi Ruki dengan pandangan membunuh, sangat inten dan penuh amarah, membuat Liv mendekati Smitha karena takut melihat pandangan seram Uruha.
“RUKI! Dasar kau anak-anak! Apa yang kau lakukan selama 1000 tahun ini!? Menambahkan tinggi badanmu yang tidak akan tinggi itu!?” teriak Uruha tiba-tiba menyebabkan ke 5 lelaki itu dan 3 perempuan itu melompat terkejut dan memandang Uruha dengan heran. “ya ampun Uru! Kau membuatku jantungan!” seru Ruki yang mengusap dadanya keran ia benar-benar terkejut dengan teriakkan Uruha tadi, lalu ia mengerinyat dahi da menatap Uruha bingung. “dan apa maksudmu dengan itu?” tanya Ruki yang merasa tersinggung, Uruha menggelengkan kepalanya dan menghela nafas lagi, ia menatap Smitha lalu menatap Ruki lagi.
“jelaskan yang terjadi 700 tahun lalu pada anakmu ini” kata Uruha dan Ruki langsung membeku di tempat serta teman-temannya yang lain menatapnya dengan terkejut. “ka-kau belum menceritakannya!?” tanya Kai yang benar terkejut dengan kata-kata Uruha tadi, Ruki mengertakkan giginya dan menatap kosong api unggun itu, sudahkah waktunya? Pikir Ruki.
“Ruki! Apa maksudnya ini? Apa yang kau sembunyikan?” tanya Smitha yang berjalan mendekati Ruki, ia duduk di sebelah gurunya dan memegang lengan Ruki dengan pandangan memohon. “ada apa Ruki? Apa yang tidak kau ceritakan padaku?” tanya Smitha dengan suara putus asa.
“Ruki, kenapa kau tidak memberitahunya? Ia sudah cukup tua untuk mengetahui masa lalunya, bukan anak-anak lagi, jangan menganggapnya seperti anak kecil terus... ia sudah mandiri” kata Miyavi yang menghela nafas kecewa, ia tidak menyangka, temannya yang satu ini kelewat khawatir.
“aku.. takut ia akan sangat terpukul” kata Ruki menatap Smitha dengan sedih. Penyihir itu menggeleng dengan ekspresi tersakiti dan kecewa, membuat jantung Ruki seperti di remat.
“tolonglah Ruki, ceritakan padaku, apapun itu aku akan menerimanya”  bujuk Smitha dan Ruki menghela nafas panjang. “kemari” perintahnya dan Smitha menurut duduk di sebelahnya, Ruki mengambil salah satu tangan Smitha dan menggenggamnya, ia menatap tangan lentik itu dan mengelusnya sambil tersenyum kecut, untuk pertama kalinya Liv melihat ekspresi orang yang paling ia benci selembut itu, ia duduk di sebelah Reita bersama Nyx serta Aoi dan Uruha, sedangkan Kai melihat Smitha dengan khawatir.
“benar kata mereka, kau sudah besar sekarang” kata Ruki pelan dan Smitha tersenyum kecil dan mendeham pelan. “rasanya beru kemarin aku memegang tangan mungilmu, mengajarimu jalan, mengajarimu berbicara, memarahi mu karena kenakalanmu, panik karena kau mengeluarkan sihir untuk pertama kali, mengajarimu membaca dan sihir, mengajarimu tentang ramuan, sewot sendiri karena kau mulai menyukai lawan jenis, rasanya benar-benar seperti kemarin aku melihat dirimu yang kecil itu bermain di depan halaman rumahku bersama Reita, Miyavi, Uruha dan Aoi” gumam Ruki yang mengingat masa lalunya, membuat orang yang bersangkutan mengangguk pelan dan tersenyum mengenang masa itu. “dan tiba-tiba saja kau sudah dewasa begini, bahkan kelewat dewasa, aku rasa selamanya aku akan terus memandangmu sebagai anak-anak terus” lanjut sang warlock dengan tawa kecil dan Smitha yang mengerucutkan mulutnya, membuat yang lain ikut tertawa pelan. “seperti yang kau tahu, aku merawatmu semenjak bayi” kata Ruki dan Smitha mengangguk dengan terus menatap wajah Ruki yang terus memasang senyum lembutnya.
“dan aku memberitahumu aku menemukanmu di dekat pulauku karena sepertinya orang tuamu membuangmu” kata Ruki lagi dan Smitha mengangguk lagi, warlock bermata emas itu kembali menghela nafas panjang dan mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Smitha.
“itu bohong, itu hanya rekayasa” kata Ruki pelan dan menunduk semakin dalam, merasa sangat bersalah telah membohongi Smitha selama ratusan tahun ini. Gadis penyihir itu tercekat dan menatap Ruki tidak percaya. “ja-jadi bagaimana kau menemukanku?” tanya Smitha dengan suara yang bergetar. Ruki menatapnya sebentar lalu menunduk lagi. “sekitar 700 tahun lalu, peperangan terjadi antara penyihir dengan makhluk lain, vampire, werewolf, damphire, demon dan yang lainnya karena keberadaan kalian benar-benar pesat dan ilmu kalian benar-benar semakin berkembang, membuat mereka merasa terancam, dan aku di sana bersama pasukkan kerajaan untuk menghentikan peperangan itu, tetapi kami terlambat, banyak penyihir yang telah di musnahkan, desa tempat kau dilahirkan bersama orang tua mu benar-benar musnah, dengan sisa kekuatan terakhir dari orang tuamu kau menjadi juru selamat di sana, satu-satunya manusia yang selamat dari peperangan itu, dan akulah yang menemukanmu di situ, menangis dengan kencang sekali, tetapi tidak ada yang mempedulikan, dan melihat potensimu menjadi penyihir aku mengajarkanmu segala sihir yang aku tahu dan membiarkanmu mengembangkannya”jelas Ruki dan Smitha terdiam, ia terus diam, dan Ruki sama sekali tidak bisa mengangkat kepalanya karena malu kepada muridnya itu. Tetapi yang lain melihat ekspresi tidak terbaca Smitha itu dengan heran , apa yang ada di pikiran gadis itu. “maaf aku tidak memberitahumu tentang ini, tapi aku tidak ingin kau tumbuh dengan membenci para makhluk lain karena mereka telah membunuh sebagian besar kaummu dan malah menyalahkan orang tuamu atas sebab kenapa kau ada di bawah perawatanku sekarang” kata Ruki sambil menutup matanya dengan rambutnya, yang lain hanya menunduk tanda menyesal.
“oh.. begitu” kata Smitha dengan datar dan Ruki mengangkat kepalanya dengan terkejut di sertai yang lain “eh? Kau tidak marah?” Tanya Ruki dengan ragu-ragu dan Smitha menggeleng. “hal itu terjadi bukan maumu kan? Kalian dulu berperang bukan karena kenginianmu, dan kau tidak memberi tahunya karena kau tidak ingin aku meyimpan dendam pada makhluk lain yang berbeda jenis denganku akibat mereka, aku jadi sendiri saat masih bayi, tapi walaupun begitu aku juga tidak dendam kepada orang tuaku karena aku berpikir pasti ada alasan kuat di balik itu” jelas Smitha dan mata Ruki melebar mendengarnya, anak ini benar-benar bijaksana, mebuat ia bangga karena telah membesarkannya. “lagipula, kau mengatakan hal yang sebenarnya pada ku itu tidak masalah, karena kau yang merawatku, kau yang mendidikku, yang mengajarkan ku untuk terus berpikir positif dan tetap optimis, lagi pula, aku tidak peduli kenapa aku ada di tanganmu, karena kau sendirilah yang ku anggap sebagai orang tua kandungku” kata Smitha dengan tulus, membuat mata Ruki berkaca-kaca dan langsung memeluknya.
“Ruki benar-benar menyayangi Smitha sebagai anaknya sendiri, karena itulah ia terlalu over protective pada Smitha kadang-kadang” bisik Reita yang melihat 2 ayah dan anak angkat itu saling berpelukkan, Liv menatap Reita dan kembali pada Ruki, hal baru yang ia pelajari dari warlock misterius yang terus mengganggunya ini, ia adalah sosok ayah yang baik, dan benar-benar baik dengan caranya sendiri, membuatnya ia tersenyum kecil dan mengangguk.
“begitu” kata Liv pelan dan melihat itu membuat ia sendiri merindukan sosok ayahnya dulu...

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar