Sabtu, 11 Juni 2016

Lunar -chapter 6- [Next Destination]

Title : Lunar
Chapter : 7/?
Author : Shiro Usagi
Genre : fantasy, romance, sci-fi, friendship, angst
Warnings : language, abal dan gaje
Rating : PG-13
Pairing/characters : Ruki/Liv (OC) or Fag/Bitch, Aoi/Uruha, Reita/Nyx, Kai/Smitha
Disclaimer : The GazettE bukan punya saya TAT
Synopsis : Apakah kalian pernah mendengar soal kejadian Lunar? Di mana seorang elf yang Cuma ingin membuat desa nya lebih tentram harus melawan kejinya takdir? Di mana semua makhluk ikut berpartisi pasi dalam pesta pertumpahan darah ini? Pasti belum kan? Ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu, di mana sihir dan makhluk legenda masih hidup dan menyatu dengan damai… mari aku beritahu bagaimana ceritanya…
Comment : enjoy~


“apa kalian melihat Liv?” tanya Smitha yang langsung masuk begitu saja ke kamar Aoi dan Uruha, 2 sejoli yang berbagi ranjang itu tengah tidur tanpa busana terbangun dan menatap Smitha dengan kantuk.
“tidak, kami tidak melihatnya” Aoi menjawabnya dengan suara parau dan mata ngantuk lalu kembali tidur bersama Uruha, penyihir itu menghela nafas dan kembali menutup kamar mereka.
“kenapa kau mencari dia pagi-pagi begini?” tiba-tiba Smitha tersentak kaget karena menemukan Ruki sedang berdiri di belakangnya. “aku mau minta ia menemani ku belanja” jawab Smitha setelah selang beberapa menit, warlock mini itu terus menatapnya dengan pandangan bosan sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, Smitha menggeliat dengan tidak nyaman dengan pandangan Ruki, ia mengusap pergelangan tangannya dan terus menatap lantai. “tell me” kata Ruki dengan tegas dan Smitha langsung berdiri tegak dan mengangkat matanya.
“yes sir! Aku berhendak menghentikannya pergi bersama temannya karena ia mulai curiga dengan keadaan sekitar!” Smitha melaporkan dengan ketakutan karena sesaat ia merasa mata emas milik Ruki menggelap, ia tidak mau kena hukuman dari gurunya ini. Ruki menurunkan wajahnya yang terangkat tinggi dan menatap datar Smitha. “dia tidak mungkin tahu apapun, tenang saja” katanya sambil meninggalkan Smitha begitu saja , penyihir itu menatap Ruki dengan bingung.
“dia sedang sarapan di restaurant sebelah bersama seorang merchant” dan Smitha melompat lagi karena tiba-tiba Nyx muncul di belakangnya. “ya ampun Nyx! Ini masih pagi! Berhenti mengagetkanku!” omel Smitha yang sedang mengusap dadanya, ia menghela nafas lalu menatap Nyx dengan lurus.
“Merchant? Temannya?”
“sepertinya begitu, mereka terlihat sangat akrab”
“siapa yang akrab?” tanya Kai tiba-tiba dan Smitha hampir jantungan lagi, kali ini karena ia terlalu kesal dengan orang-orang pagi ini, jadi ia langsung menyambar Kai dengan petir sihirnya menyebabkan orang itu pingsan. “seriously” gumamnya dengan seram, tetapi Nyx sama sekali tidak peduli, dan tidak takut, ia memandang Smitha dengan datar, menunggu keputusan temannya ini.
“Ruki mengatakan tidak apa-apa, jadi begitulah...” katanya sambil membenarkan  rambutnya yang berantakan karena stress kaget tadi.  “benarkah?” tanya Nyx lagi dengan mata merahnya yang besar.
“Miyaviii~” Smitha lagi-lagi hampir mengeluarkan sihirnya karena terkejut, benar-benar pagi ini ia sama sekali tidak peka dengan keberadaan mereka. “oh, Liv, ada apa kau mencari Myv?” tanya Nyx dengan datar lagi. Liv tersenyum lebar dan menepuk tangannya. “aku mau ke panti asuhaaan!” serunya dan 2 gadis cantik itu menatapnya dengan heran, mereka menaikkan kedua alisnya dan memandang Liv dengan bertnaya-tanya.
“so?” tanya Smitha heran. “aku mau memberkati mereka, mumpung dewa sebenarnya ada di sini jadi aku ajak saja!” jelasnya dan Smitha serta Nyx saling menatap satu sama lain, lalu menatap Liv
“kau memberkati anak-anak?” tanya Nyx heran, memang gadis ini bisa memberkati orang? Jangan-jangan malah anak itu kena sial karena berkat dari dia. Gadis elf itu mengangguk kuat, lalu dari belakangnya muncul Aiji yang tersenyum melihat sosok Liv.
“bagaimana? Sudah kau  tanya?” tanya Aiji berdiri di sebelah Liv, gadis elf itu menggeleng lalu menatap Nyx dan Smitha.
“mereka berdua adalah teman yang membantuku, ini Smitha, penyihir yang menemukan ku, dan ini Nyx vampire yang sudah berbaik hati mengantarkan ku” jelas Liv pada Aiji, sang merchant membungkukkan kepalanya lalu menepuk kepala Liv.
“namaku Aiji, seorang merchant. Terima kasih banyak telah berbaik hati untuk mengantarkan dia, aku tahu kalau anak ini memiliki sifat yang sangat menjengkelkan, mohon maaf soal itu” Smitha langsung tersenyum canggung mendengar kalimat terakhir Aiji. ‘ternyata kau tahu betapa drama queen-nya anak ini’ pikir Smitha dalam hati.
“hei! Jangan mengumbar kejelekkan orang seperti itu!” tegur Liv sambil menyingkirkan tangan Aiji. ‘tidak, tidak perlu di beritahu semua orang pasti sudah tahu’ pikir Smitha dan Nyx bersamaan
“boleh kami ikut?” tanya Nyx tiba-tiba dan Liv terlihat terperanjat mendengarnya bersama Aiji. “ikut? Boleh saja sih, kan?” tanya Liv pada Aiji yang hanya mengangguk.  “silahkan, semakin banyak orang, anak-anak akan semakin senang” jelas Aiji dan Smitha mendekati Nyx. “apa maksudmu? Kau kan paling tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak?” bisik Smitha dan Nyx Cuma memandangnya sebentar lalu menoleh ke arah Liv.
“aku tidak bisa membiarkannya sendiri, itu saja” jelas Nyx datar.
“yo! Ada apa pagi-pagi beg- uwah! Kai!? Kau baik-baik saja!?” Miyavi yang baru saja selesai siap-siap keluar dari kamarnya terkejut melihat Kai yang terkulai lemah di atas lantai inn itu, Smitha langsung berteriak kecil  dan menghampiri Kai. “Kai! Maafkan akuu!!”
“oh? Jadi kau benar-benar Miyavi yang itu” kata Aiji sambil menunjuk ke arah Miyavi, orang yang di sebut namanya itu mengangkat kepalanya ia menoleh ke arah Aiji dan langsung menunjuknya tanpa ampun.
“Aiji!! What the hell are you doing here!? Where’s Maya?”  tanya Miyavi dengan tidak percaya. “eh?” dan Liv dumbfounded menemukan 2 orang ini ternyata saling kenal juga.
“dia sedang di desa, aku sudah mengirim pesan padanya kalau murid kesayangannya ada disini. Aku ke sini menjemput Liv untuk ke panti asuhan”  jelas Aiji dan Miyavi mengangguk. “newborn babies?” tanyanya dengan santai dan Aiji mengangguk pelan.
“let’s give them bless!!” seru Liv dengan mata berkaca-kaca pada Miyavi, dan dewa itu hanya mengangguk saja tanda ia setuju. “lalu Kai?” tanya Nyx  tiba-tiba dan Miyavi melihatnya sebentar, lalu menggeretnya ke dalam sebuah kamar.
“ayo pergi~” lelaki berambut pirang itu mendorong 4 orang itu menuju lantai 1 setelah membiarkan Kai istirahat kembali di kamarnya.

*~*~*~*~*
“Liv!!” teriak anak-anak begitu melihat Liv masuk ke dalam panti asuhan. “semuanya!! Aku telah datang!!” seru Liv yang berjongkok di depan gerombolan anak-anak itu, mereka bersorak dan memeluk Liv bersamaan.
“hooo.. dia bisa menangani monster-monster kecil itu dengan baik” ujar Smitha saat melihat Liv bermain dengan para anak-anak itu. “dia memang suka anak-anak, setiap ia ke sini ia akan mengunjungi mereka, dan jika ada bayi yang baru lahir dia juga akan memberkati mereka” jelas Aiji sambil memasukkan ke dua tangannya ke dalam kantung celananya, ia menatap nanar gadis putih yang sedang bermain-dengan anak-anak berbagai ras itu, ia tahu apa yang sebenarnya di rasakan gadis itu, ketakutan, kekhawatiran, bingung, sedih, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus percaya kepada siapa.
“aku mengajaknya ke sini karena satu alasan” kata Aiji setengah berbisik, dan Smitha dan Nyx menoleh ke arahnya.
“Disappoint... resignation... anxious... desperate...” tiba-tiba Miyavi angkat bicara, ia sedang duduk di sebuah bangku kecil dan memangku anak perempuan yang lucu sekali, sambil bermain dengannya dewa laut itu menatap Aiji. “kau ingin membuatnya merasa lebih baik kan?” tanya Miyavi dan lelaki itu tersenyum lembut dan mengangguk.
“nona Liv.. senang bisa bertemu anda kembali” seorang wanita hamil berjalan tertatih ke arah Liv, gadis itu berbalik dan matanya membulat ketika melihatnya. “ya ampun Shara! Apa yang terjadi denganmu!? Sejak kapan kau mengandung!?” tanya Liv yang menghampirinya dan menuntunnya untuk duduk di sebuah bangku panjang yang ada di taman panti asuhan itu, wanita berambut pirang itu hanya tersenyum malu dan mengusap perutnya yang membesar itu.
“tahun lalu aku menikah, tetapi aku tidak bisa mengundangmu karena terlalu jauh, maaf tidak memberitahumu” katanya dan Liv  tersenyum. “tidak apa-apa” ia melihat perut yang membesar itu, di dalamnya terdapat sebuah kehidupan, yang akan meneruskan ibunya dan melihat perkembangan dunia ini, sungguh hal yang menakjubkan kalau di pikir-pikir, keajaiban yang sangat Liv kagumi. Menjadi seorang ibu.
“aku harap suatu saat aku juga bisa sepertimu” bisik Liv pelan, telinga Nyx dan Miyavi sedikit bergerak, mereka agak terkejut dengan apa yang di katakan Liv.
“dia sudah punya pacar atau calon suami?” tanya Nyx pada Aiji, lelaki itu melihatnya heran lalu menggeleng. “aku dan gurunya tidak pernah melihat dia menjalin hubungan dengan siapapun, menurut Maya dia seperti menanam padanya pada seseorang.” Jelas Aiji dan Smitha mengerutkan dahinya.
“omigod! Shara!? Kau tidak apa-apa?” tanya Liv dengan panik begitu Shara merintih kesakitan sambil memegang perutnya, keringat dingin bercucuran di pelipisnya, dan Liv terperangah saat melihat cairan keluar dari antara kaki Shara, membuat Liv semakin kebingungan dan berteriak.
“oh shit!? Apa yang terjadi denganmu!?” teriaknya dengan dramatis, lalu tiba-tiba saja Smitha menolaknya menjauh. “back off” katanya dan menghampiri Shara. “okay Shara-san.. tarik nafas.. keluarkan.. “ katanya sambil memegangi tangan Shara, wanita itu melakukan apa yang di perintahkan Smitha dan ia sedikit lebih tenang.
“Liv, cepat bawa anak-anak masuk! Aiji! Panggil suaminya! Nyx! Bantu aku mengangkat Shara! Miyavi! Ambil air panas dan hangat sebanyak-banyaknya, ember dan juga handuk! Cepat! Dia akan melahirkan!!” perintah Smitha, Aiji langsung berlari keluar, Miyavi juga langsung ke dapur untuk menyiapkan air panas.
“KIDS!! Berbaris!!” teriak Liv dengan lantang dan anak-anak yang agak panik itu langsung membuat barisan. “Majuuuuu!! Jalan!” perintahnya dan anak-anak langsung berjalan dengan rapi menuju ruangan mereka masing-masing, Nyx menghampiri Shara, dengan enteng ia mengangkatnya secara hati-hati ke sebuah kamar, dengan cepat ia membaringkan Shara dan Smitha menyingsingkan lengan bajunya, ia mengambil selimut dan memberikannya pada Shara.
“sepertinya ia bisa melahirkan dengan normal” kata Smitha setelah memeriksa Shara.
“ada apa ini? Aku dengar ada ibu yang akan melahirkan?” tanya Ruki yang masuk ke kamar itu dan Smitha mengangkat kepalanya, ia tersenyum melihat Ruki.
“benar, dan kelihatannya ia bisa melahirkan dengan normal” kata Smitha, warlock itu mengerutkan keningnya, ia berjalan dan memeriksa Shara yang bernafas terengah-engah dan merintih kesakitan.
“sepertinya akan sulit, aku perlu kau memijat perutnya dari depan sementara aku akan membantunya dari belakang. Mengerti? Nyx, tolong ambilkan teh Gallows di dalam tas ku dan seduh, itu akan membuat energinya kembali dengan kuat. apakah air panas sudah selesai?” tanya Ruki, Nyx mengangguk dan pintu terbuka, menunjukkan Miyavi yang membawa seember air panas dan tumpukkan handuk. “aku pergi” kata Nyx yang keluar kamar.
“apakah ia akan baik-baik saja?” tanya Liv yang masuk kamar dengan ragu. “kau temannya kan? Dia perlu dukungan moral, tolong dukung dia” kata Smitha, gadis itu menatapnya dengan ngeri dan menelan ludahnya yang terasa pahit sekarang. Mendengar tangisan dan rintihan kesakitan Shara juga tidak membuat perasaannya membaik, ia tidak pernah menghadapi wanita melahirkan, jika di desanya hanya dukun beranak desanya saja yang menangani, ia tidak ikut campur.
“ba-baiklah.. aku coba” kata Liv yang berjalan ke samping Shara. Ia melihat warlock itu telah membuka jacketnya dan sarung tangannya dan berdiri di depan kaki Shara yang terbuka.
“pembukaan jalannya sudah cukup lebar, kita bisa memulainya sekarang.” Bisik Ruki , ia melirik Smitha, dan penyihir itu langsung berjalan menuju sisi kanan Shara dan mulai memijat perutnya.
“okay mom... breathe.. breath in.. breath out... slowly” Shara melakukan perintah Ruki, ia merasa lebih baik dengan pijatan Smitha. “good, now push!” serunya dan Shara berteriak sambil mendorong anaknya keluar, ia memegang tangan Liv dengan erat, sedangkan elf itu hampir saja ikut berteriak karena melihat kejadian ini, adrenalinnya benar-benar naik, ini pertarungan hidup mati, bahkan baginya juga.
“good Shara! Come on bitch! You can do it!!” seru Liv dan Miyavi melihatnya dengan aneh begitu mendengarnya. “okay, the head almost out, once again Shara! Smihta, please gentler! Now mom, Push!” seru Ruki dan sekali lagi Shara berteriak kencang, dan mengeratkan pegangan tangannya pada Liv, dan kali ini Liv tidak dapat menahannya lagi, ia ikut berteriak bersama Shara. Ketakutan dengan seluruh keadaan ini.
“oh my god!! I think i’m gonna faint! Shara, i-i-i need to sit down!”
“no you can’t! Don’t you ever get a fucking re st, when i can’t! God it hurt so much!!” ancam Shara yang menatap Liv dengan seram, membuat Liv memasang wajah memohon. “bu-but..”
“shut up!! Oh god!!” Shara merintih kesakitan lagi setelah merasa kontraksi lain melandanya.
“Liv! we need her to calm down!! Turuti saja apa maunya!” seru Smitha dan Liv terlihat hampir menangis, Miyavi yang melihat seluruh kejadian itu benar-benar heran. kenapa Liv mendapat peran suami?
“okay! Okay! Bitch, your baby will better be cute or i won’t do it anymore” geram Liv dan Shara tertawa pelan mendengarnya. “okay mother, it’s already half.. come on.. pull yourself together” kata Ruki yang mendukung Shara, Nyx masuk ke ruangan itu membawa satu nampan berisi teh panas. Ia terkejut melihat bayi yang sudah keluar setengah dari tubuh wanita itu, sungguh menakjubkan sekaligus mengerikan.
“now!”
“aaaaaa!!!!”
“OH FUCK!!” teriak Liv juga yang mendengar tangisan bayi. Shara bernafas pendek, ia benar-benar kelelahan dengan hal melahirkan ini, sungguh, ia tidak akan hamil lagi dalam waktu dekat ini.
“almost there! again!!” teriak Ruki dan Shara memberikan dorongan terakhir dan tangisan bayi itu semakin terdengar, ia dan Liv dapat melihat Ruki mengangkat sebuah bayi merah yang kecil dan lucu, mungil sekali, ia menangis dengan kencang dan tubuhnya menggeliat.
“Miyavi, handuk” perintah Smitha dan Miyavi langsung memberikan handuknya pada Ruki, warlock itu tersenyum pada ibu baru itu. “a boy, a healthy boy, tidak cacat, dan aktif sekali. Dia akan menjadi pemuda yang akan sangat membuatmu bangga” kata Ruki kepadanya dan Shara tersenyum, ia menghela nafas lega lalu melirik Liv yang terduduk di lantai dengan lemas sekali.
“aku pikir aku akan mati tadi” kata Liv dengan lemah dan Shara tertawa lemah juga mendengarnya. “that was my line” kata Shara dan gadis elf itu tersenyum padanya.
“minumlah” kata Nyx yang memberikan Shara secangkir kecil teh hangat, ibu baru itu mengangkat kepalanya sedikit dan meminum teh itu dengan pelan sekali, ia merasa haus memang, tetapi sekujur tubuhnya masih sakit.
“aku akan menyembuhkanmu” kata Smitha yang memulai sihirnya. “where’s my baby?” tanya Shara lemah dan ia dapat melihat Ruki yang datang membawa sebuah bundelan kecil kepadanya. “say hi to your mom” bisiknya sambil mencium kening bayi itu dan memberikannya pada Shara yang dengan antusias menerimanya. Sebulir air mata jatuh ke pipinya begitu melihat malaikat kecilnya, ia menyentuh wajah kecil yang masih merah itu dengan lembut.
“he’s handsome.. he has your beautiful figure” kata Liv yang tersenyum melihat bayi laki-laki itu. “terima kasih nona Liv” kata Shara yang kembali ke kepirbadiannya yang biasa. “is my wife okay?” tiba-tiba seorang lelaki berambut coklat masuk ke dalam kamar itu dengan nafas yang terengah-engah.
“dia baik-baik saja, anakmu juga selamat” kata Smitha yang telah menyembuhkan Shara, lelaki itu bernafas lega dan menghampiri istrinya, Liv menyingkir dari situ dan menghampiri Smitha.
“apa ibu hamil selalu seperti itu?” tanya Liv dengan suara pelan kepada Smitha
“bisa lebih buruk, ibu hamil itu mood-moodan, dan pada saat terakhir emosi mereka memuncak, jadi kau maklumi saja” jawab Smitha yang terkekeh pelan melihat Liv yang ketakutan setengah mati saat menemani Shara tadi.
“apakah anda yang telah membantu istri saya?” tanya suami Shara pada Ruki, warlock itu mengangguk sambil memakai jacketnya kembali. “sebagai tanda terimakasih, bisakah anda menamai anak kami?” tanyanya lagi dan Ruki tersenyum mendengarnya. Dan barulah kali ini Liv sadari, dari tadi Ruki terlihat sangat tenang dan tidak menjadi fag yang biasa selalu mengomel.
“aku merasa terhormat” kata Ruki yang mendekati mereka, ia melihat baik-baik bayi kecil yang di gendong ibunya itu, memikirkan nama yang baik untuknya.
“Gavriel. Itulah nama yang cocok untuknya, anak pertama, dan ia akan memiliki hati malaikat yang murni, seperti malaikat Gabriel” kata Ruki dan pasangan suami istri itu tersenyum senang dan melihat anak mereka. “Gavriel” bisik Shara yang menimang anak itu.
“you will be walk in the right path, be a brave warrior, the light will always support you, the sea will always protect you, may the god bless you” kata Miyavi yang menyentuh kening bayi itu dan cahaya biru menyelimutinya sebentar. Kedua orang tuanya terperangah melihatnya dan melihat Miyavi dengan heran. “dia telah mendapat berkat dari dewa laut itu langsung” bisik Smitha dan mereka berdua semakin terkejut. “terimakasih banyak” kata suami Shara yang tidak bisa menahan air matanya lagi, ini adalah anugrah yang sangat tidak ternilai.
“let me...” kata Liv yang berdiri di samping Shara, wanita itu tersenyum dan mengangguk. Dengan satu jari, Liv menggambar Yin dan Yang di udara, di atas wajah bayi itu. “orang-orang akan mencintaimu, kau adalah ksatria, kau adalah Gavriel, pelindung keluargamu. Roh-roh MoonForest bersamamu, dewa Althea akan selalu meindungimu” bisik Liv dan cahaya hitam dan putih yang membentuk lingkaran dengan setengah hiram dengan titik putih dan di sisi lainnya berwarna putih dengan titik hitam terlihat di atas wajah bayi itu.
Ruki melihat gadis putih itu di dalam diam, gadis itu menatap keluarga baru itu dengan teduh. Ia dapat merasakan kekuatan murni menyelimuti tubuh gadis itu, ia tersenyum dengan tulus dan menegakkan tubuhnya, tidak ia sangka, anak itu telah dewasa.
Setelah itu Liv dan Miyavi melakukan hal yang menjadi tujuan utama mereka kemari, memberkati para bayi dan anak-anak panti asuhan, para penjaga panti asuhan merasa sangat berterima kasih dengan mereka, Nyx dan Smitha juga menyumbangkan bahan makanan, pakaian dan uang kepada panti asuhan itu, yang di terima dengan senang hati dengan para anak-anak.
“Liv, kau akan pergi?” tanya seorang anak perempuan kepada Liv, gadis itu berjongkok di sebelahnya dan mengangguk. “iya, aku harus kembali ke desa ku.” Bisik Liv dan mata gadis itu terlihat berubah menjadi warna hijau jamrud, dan Liv terperangah melihatnya. Ada apa dengan anak ini?
“pertemuan kembali, kebenaran yang terungkap, sakit hati dan pengorbanan, takdir dunia ada di tanganmu” bisik anak itu dan Liv semakin bingung, apa yang terjadi dengannya, lalu tak lama setelah itu matanya kembali seperti semula, coklat. Ia tersenyum melihat Liv.
“aku adalah keturunan peramal, itu ramalan untukmu, maaf kalau tidak jelas. Kekuatanku baru saja bangkit” jelas gadis kecil itu dan mulut Liv menganga lebar mendengarnya. “ya ampun... ternyata kalian masih hidup! Syukurlah!!” seru Liv yang memeluk anak itu dengan erat, ia lega sekali, karena keturunan peramal dikatakan punah. Tapi menemukan anak ini, rasanya itu benar-benar hal yang bagus.
“hiduplah yang kuat! bangun kembali keturunanmu. Oke? Dan terima kasih telah mau meramalku” kata Liv yang memberikan ciuman di pipi tembem gadis itu. “Liv, we are leaving” kata Aiji dan ia mengangguk. “See you later” katanya dan ia menyusul teman-temannya .

*~*~*~*~*~*~*

“tujuan kita selanjutnya adalah ibukota Rosthern.” Kata Ruki yang sedang duduk di sebuah bar lokal bersama Smitha, Miyavi, Kai, Aoi, Uruha, dan Nyx serta Reita yang baru saja muncul entah dari mana. Liv dan Aiji mengunjungi bar lain yang ada di pinggir kota, ada yang ingin mereka diskusikan. Aiji sama sekali tidak mengizinkan mereka ikut.
“itu jauh sekali, akan memakan waktu yang sangat lama jika berjalan kaki” kata Aoi yang melipat kedua tangannya di atas meja. “aku lebih suka menaikki salah satu nagaku, tetapi sihir dan summon di larang kerajaan untuk transport pribadi. Akan sangat sulit jika kita ketahuan” kata Ruki yang menggaruk kepalanya. “kita akan menyewa kereta kuda saja, aku yakin ada yang menuju ke sana. Aku sudah keliling tadi” kata Reita dan mereka mengangguk.
“seharusnya aku menghubungi kerajaan, tapi Liv bersama kita” bisik Ruki lagi, ia terlihat benar-benar bingung. “apa hubungan dia dengan kerajaan?” tanya Uruha heran, warlock itu menghela nafas meminum birnya sedikit.
“benar Ruki, apa yang kau sembunyikan dari kami tentang elf itu?” tanya Kai penasaran, dan yang lain menatap warlock itu dengan pandangan ingin tahu.
 “keadaan memburuk, kalau sebelum ini para anggota kerajaan akan diam saja, tapi... penyebab utama kekacauan ini adalah...”

“eh? Apa ini?” tanya Liv melihat tas  yang ada di atas meja bar itu dengan heran.
“kau tahu sihir yang bisa menyimpan barang dan summon di dimensi lain?” tanya si merchant dan Liv mengangguk pelan. “tas ini mempunyai fungsi yang sama, aku sudah menaruh senjata, baju ganti, obat-obatan, serta keperluanmu yang lain”
“aah.. terimakasih banyak” kata Liv dengan canggung, ia memegang tas itu dan memeriksanya.
“tidak perlu, sudah kewajibanku membantumu” kata Aiji dengan senyumnya dan ia meminum sakenya. “dengar Liv, keadaan dunia benar-benar buruk, monster semakin buas dan berkeliaran di mana-mana. Kau akan menemukan musuh di luar sana, tidak seperti kau latihan, ini medan perang sebenarnya, kau mengerti?” tanya Aiji dan Liv mengangguk, ia menundukkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
“apakah ini ada hubungannya dengan desaku?” Aiji diam, ia hanya menundukkan kepalanya dan menghela nafas juga, lalu menenggak seluruh sakenya. “aku tidak tahu, tidak ada informasi jelas dari teman-teman dan pemerintah. Masih belum di ketahui, tetapi kau harus berhati-hati”
“bisakah aku percaya pada Ruki dan yang lain?” Aiji diam lagi, menatap gelassnya yang kosong dengan mata yang sama kosongnya,  ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayai Ruki. Ia tahu masa lalunya. Dan itu bukan perkara mudah. Bisa jadi ini semua ada hubungannya dengannya. “ikuti kata hatimu” akhirnya ia mengatakan itu dan tersenyum pada Liv, gadis itu tersenyum lembut dan mengangguk. “tujuan kalian pasti Rosthern, aku sudah menyewa kereta kuda untuk kalian, dan akan ada salah satu anak buahku, namanya Hiroto. Ia juga akan kesana untuk mengantar barang daganganku” jelas Aiji dan Liv membelalakkan matanya. Ia sudah berbuat sejauh ini?
“kau tidak perlu me-“ “tidak, aku perlu melakukannya, aku tidak mau di bunuh Maya” katanya dan mereka tertawa bersama begitu Aiji mengatakan itu.
“bagaimana dengan Master? Apakah tidak sebaiknya aku menunggunya?” tanya Liv dan Aiji menggeleng pelan, merchant itu menuangkan sakenya lagi dan meminumnya. “ini keadaan darurat, kau harus segera ke desamu, aku tahu kau tidak memiliki perasaan yang enak tentang ini, hell, aku rasa orang itu sedang panik setengah mati sekarang” jelas Aiji dan sekali lagi kepala desa muda itu mengangguk dan meminum sake nya.
“kalian akan berangkat besok siang, katakan itu pada mereka” kata merchant itu dan Liv mendeham pelan, ia akan segera meninggalkan kota ini besok.
*~*~*~*~*~*
“apa? Aiji sudah menyewa kereta kuda?” tanya Aoi dengan terkejut dan Liv mengangguk. “ia telah menyewa kereta kuda menuju Rosthern, kita akan berangkat bersama anak buahnya yang akan mengantar barang kesana siang ini” jelas Liv lagi pagi ini, ia sedang sarapan bersama mereka semua.
“cepat sekali orang itu bergerak” komentar Uruha dan Reita mengangguk pelan. “aku dengar dia adalah merchant yang handal, orang-orang dari luar negri sering datang ke sini hanya untuk membeli dan meminta ia mencarikan barang” kata Reita.
“Benar, dan dia pacar Maya” sambung Miyavi dan Smitha hampir memuntahkan makanan yang sedang ia makan sekarang mendengarnya. “pantas saja ia akrab sekali denganmu” kata Aoi yang melirik Liv yang sedang tersenyum gaje saja.
“ne, Faggot” panggil Liv dan warlock yang sedari tadi diam itu hanya mendeham saja.
“aku tidak tahu kalau kau adalah Takanori Matsumoto” ungkap Liv dan lelaki itu menghentikan acara makannya dan melihat Liv dengan mata tak terbaca, sedangkan yang lain terperangah mendengarnya. “maksudmu?” tanya Ruki heran.
“kau warlock yang memenangkan dan menghentikan berbagai peperangan dulu kan? Kenapa kau tidak memberitahuku?”
“karena kau terlalu bodoh” jawab Ruki cepat dan urat Liv terlihat di dahinya, tidak senang dengan jawaban warlock itu. “yaah.. aku tidak menyangka saja faggot sepertimu ternyata orang sehebat itu”
“dan aku tidak menyangka bitch sepertimu menjadi kepala desa keramat itu” dan Liv menggeram kuat begitu mendengarnya, sungguh orang ini benar-benar menyebalkan sekali.
“kau baru saja sadar sekarang?” tanya Uruha tidak percaya. “aku baru saja di beritahu oleh Aiji saat kami bertemu” jawab Liv dengan polosnya dan ia serta Smitha langsung headdesk.
“hey! Aku pikir Matsumoto itu adalah orang keren yang bijaksana! Atau setidaknya om-om warlock yang berbadan binaraga dan menyeramkan. Bukan faggot seperti itu! Dan aku tidak tahu sama sekali kalau nama lainnya adalah Ruki” seru Liv yang membela diri sambil menunjuk ke arah Ruki.
“well, maaf kalau tidak seseuai harapanmu bitch” kata Ruki dengan sarkastik dan Liv memutar bola matanya saja. Setelah sarapan mereka semua hanya berkumpul di bar sebelah inn untuk menghabiskan waktu.
“say fag, sepertinya rencana kita tidak berjalan” bisik Liv pada Ruki, mereka sedang tumben-tumbennya duduk berdua di satu meja sedangkan yang lain duduk berjejer di bar.
“hm? Ah.. bukankah kau tidak tahu kalau Reita sudah menembak Nyx?” tanya Ruki dan Liv langsung menyemburkan bir yang sedang ia minum ke wajah Ruki.
“you son of a bitch” geram Ruki yang menahan amarahnya untuk tidak melukai orang ini, wajah dan sebagian pakaiannya basah oleh Liv. “what!? Kenapa aku tidak di beritahu!?” tanya Liv tanpa memperdulikan Ruki yang ngedumel.
“mereka sedang merahasiakan hubungannya.. aku saja mengetahuinya waktu tadi malam, saat Reita menyatakan perasaanya” kata Ruki dengan senyum penuh kemenangan, hingga sebuah efek cahaya muncul di ujung matanya.
“oh.. tell me!” bisik Liv yang mendekatkan duduknya pada Ruki.
“entah kenapa melihat mereka akrab seperti itu menyeramkan” kata Reita yang melihat Liv dan Ruki saling berbisik dengan jarak dekat, Nyx menoleh kebelakang dan melihat 2 temannya yang sedang asyik bergosip itu.

“oh? Ruki-sama! Osashiburi!” kata seorang lelaki berambut pirang, mini seperti Ruki, dan gigi kelinci yang melambaikan tangannya.
“oh? Hiroto? Sedang apa kau di sini?” tanya Ruki yang menghampiri orang yang bernama Hiroto itu dengan santai. “kau kenal dia Ruki?” tanya Smitha penasaran. “apa maksudmu? Dia yang selalu mengantarkan barang pesanan kita” kata Ruki yang sewot mengenai penyakit pikun Smitha.
“antar barang?” tanya Smitha sambil melihat Hiroto dengan serius. “Smitha-sama.. lama tak jumpa!” seru Hiroto dengan ceria dan penuh cahaya menyilaukan. “MPON!!” teriak Smitha tiba-tiba menyebabkan mereka semua terkejut dengan aksi tiba-tibanya Smitha.
“ya, dengan kata lain, dia adalah mpon atau Hiro-pon, ne, pon?” tanya Ruki dan Hiroto hanya tertawa renyah saja sambil menggaruk kepalanya. “hahah.. namaku Hiroto, Ruki-sama. Bukan Pon” kata Hiroto membela diri, ia tidak suka dengan nama panggilan dari mereka sepertinya.
“nande? Pon itu kan lucuu” kata Reita dengan santai, di sebelahnya berdiri Aoi, Miyavi dan Kai yang tersenyum riang.
“Benar! Cocok denganmu!” kata Aoi menunjukkan jempol tangannya dengan senyum lebar.
“hum! Aku lebih suka namamu yang itu!!” seru Miyavi dengan entengnya
“Mpo~n! Lama tak jumpa! Genki desuka? Gimana bisnis mu?” tanya Kai yang berbunga-bunga melihat sosok mpon, maksud saya, Hiroto.
“Mpon jaa ne!! Namaku Hiroto!” seru Hiroto yang kesal. “Hiro-pon, selamat siang” kata Nyx dengan datar dan kali ini rasanya Hiroto ingin sekali menangis, karena tidak ada yang mendengarkannya.
“loh? Kalian kenal?” tanya Liv yang kaget dan Nyx mengangguk. “dia sering mengantar barang ke tempat kami” jelas Nyx dan gadis elf itu terdengar kagum.
“hee... walaupun kau kecil seperti Ruki dan super-kawaii ternyata kau hebat juga ya Hiroto-san, bisa mengantar barang ke tempat terpencil begitu” kata Liv sambil menoleh ke arah Hiroto yang muram. “aku tidak tahu anda mengejek atau memujiku nona elf” katanya dengan suram dan berlinang air mata.
“oh! Kalian sudah sampai!” seru Aiji yang berlari menghampiri mereka. “Hiroto, kau-“
“aku sudah tahu, aku akan menemani mereka ke Rosthern” katanya dengan sebal, lalu Miyavi memeluk pundaknya dan tersenyum lebar. “jadi kau yang akan menemani kami! Ya-ha! Baguslah kalau bukan orang asing!!” seru Miyavi dengan senang dan Aiji terlihat bingung dengan keadaan sekarang. “kau sudah kenal mereka?”
“kecuali nona elf itu, aku sering mengantar barang ke tempat Ruki-sama dan teman-temannya” jawab Hiroto dengan datar. “mohon bantuannya ya! Mpon!” seru Reita yang menepuk bahu Hiroto. “Sepertinya mereka suka mengerjai Hiroto” kata Liv yang sedang melihat Hiroto yang merajuk dan Reita serta yang lainnya mengerjai Hiroto, dan Aiji hanya mengangguk saja, merasa kasihan dengan Hiroto karena di ganggu oleh orang-orang seperti mereka.
“baiklah, aku akan periksa barang dulu” kata Aiji yang menghampiri kereta barang milik Hiroto. “hm? Mpon, kau bekerja dengan dia?” tanya Ruki dan Hiroto hanya mengangguk saja, lalu terlihat wajah terkejut Ruki dan Smitha setelah melihat jawaban Hiroto.
“jadi selama ini kami beli barang dari dia!??”


“sungguh aku tidak menyangka, kalian semua saling kenal” kata Liv yang duduk di sebelah Hiroto, ia tidak mau satu kereta dengan Ruki sebelum ia dan Ruki menghancurkan kereta kuda itu. “aku juga tidak menyangka kalau selama ini kalau Ruki-sama tidak tahu ia beli barang dari mana” ujar Hiroto yang menghela nafas. “jadi Liv-san, ada keperluan apa anda ke Rosthern?”
“huh? Aku mau kembali ke desaku dan Smitha serta yang lainnya juga ada keperluan di sana” jelas Liv dan Hiroto mendeham saja. Mereka sudah di tengah jalan menuju kota Rosthern, hari juga sudah menggelap, tetapi mereka belum memutuskan untuk berhenti.
“hm?” Hiroto melihat sesuatu di balik bayang-bayang pohon, ia terus memperhatikan benda yang terus mengikuti mereka, semakin lama benda itu semakin cepat mengikutinya, hingga ia memutuskan berhenti, dan turun dari kereta kudanya. “something’s wrong?” tanya Liv yang terbangun karena merasa kendaraannya berhenti, ia mengusap-usap matanya dan melihat Hiroto mengeluarkan seubuah pedang kecil dan melihat keluar.
“Liv-san! Awas!!” teriak Hiroto yang menyadari makhluk itu akan keluar, dan tiba-tiba saja seekor anjing atau mungkin saja serigala yang besar sekali, berbulu putih bersih dan sebuah tanduk yang tajam berwarna emas di kepalanya menyerang Liv hingga ia terhempas membentur batu besar yang ada.
“ada apa!?” tanya Aoi yang keluar dari kereta khusus mereka dan terkejut melihat mata merah milik serigala itu dan Liv yang tak sadarkan diri tergeletak di atas tanah.
“kau!!” geram Hiroto yang berlari untuk menyerang serigala besar itu, tetapi tiba-tiba saja Ruki turun dari keretanya dan berlari mengejar Hiroto dengan kecepatan luar biasa, bahkan Aoi sampai terkesiap melihatnya, begitu ia dapat menggapai Hiroto, ia mengenggam erat pergelangan tangannya dengan erat dan membanting  lelaki imut itu hingga ia ternganga dan sangat terkejut, kenapa warlock ini menghentikannya?
“jangan kau lukai anjing itu” ancam  Ruki dengan nada yang benar-benar menyeramkan.
“ada apa ini?” tanya Nyx pada Aoi, lelaki serigala itu hanya menggelengkan kepalanya dengan kaku, ia masih shock dengan apa yang terjadi. “hewan itu..” Nyx mengerutkan kedua alisnya melihat anjing besar itu yang menggeram kepada mereka berdua.
“sepertinya dia juga terkena efeknya” gumam Ruki  yang mengeluarkan tongkatnya dan membacakan mantra. “untung saja itu mantra lemah, ia tidak sepenuhnya terpengaruhi” Smitha turun dari kereta dengan tenang dan menyaksikan gurunya melepaskan kegelapan pada anjing yang terpengaruh keanehan dunia itu.
Huruf-huruf kuno mengelilingi anjing itu, ia yang melolong dan terdengar kesakitan, selang beberapa saat anjing itu terduduk dengan mata tertutup dan bernafas dengan teratur. Sang warlock menyimpan tongkatnya dan menghampiri anjing besar itu, ia berlutut dan menaruh tangannya di atas kepalanya. “Inu...” bisiknya dengan sedih.
“Ruki-sama... apa yang terjadi?” tanya Hiroto yang memegang bahunya, sepertinya ia cedera karena bantingan Ruki tadi. Warlock itu menghela nafas dan melihat teman-temanny yang terbangun dan mengelilinginya. “anjing ini milik Liv” katanya dan mereka semua terlihat terkejut. “ini adalah peliharaannya sejak ia kecil, sepertinya ia mencari Liv dan tidak dapat menahan kekuatan yang meluap di dunia ini, itu sebabnya ia menyerang Liv yang seharusnya ia cari” jelas Ruki dan ia menghela nafas sekali lagi.
“bagaimana keadaannya Reita?” tanya Ruki pada Reita yang sedang mengangkat Liv dan mendekatkannya pada Ruki, warlock itu melihat keadaan si gadis elf, ia tidak sadarkan diri karena benturan keras tadi. “nh..” gadis itu mulai terbangun dan semuanya terlihat senang, secara perlahan Reita memberikannya pada Ruki, dan secara perlahan Liv juga terbangun, ia membuka matanya dan mengedipkannya berkali-kali untuk membenarkan pandangannya. Begitu pandangannya membaik yang ia lihat adalah sepasang mata emas, yang sangat ia kagumi.
“Taka-chan!!”
-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar