Sabtu, 11 Juni 2016

The GazettE fanfic [Lunar -Chapter 1- Bitch and Faggot­]

Title : Lunar
Chapter : 2/?
Author : Shiro Usagi
Genre : fantasy, romance, sci-fi, friendship, angst
Warnings : language, abal dan gaje
Rating : PG-13
Pairing/characters : Ruki/Liv (OC) or Fag/Bitch, Aoi/Uruha, Reita/Nyx, Kai/Smitha
Disclaimer : The GazettE bukan punya saya TAT
Synopsis : Apakah kalian pernah mendengar soal kejadian Lunar? Di mana seorang elf yang Cuma ingin membuat desa nya lebih tentram harus melawan kejinya takdir? Di mana semua makhluk ikut berpartisi pasi dalam pesta pertumpahan darah ini? Pasti belum kan? Ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu, di mana sihir dan makhluk legenda masih hidup dan menyatu dengan damai… mari aku beritahu bagaimana ceritanya…
Comment : enjoy~




“kau tidak punya hak untuk menjadi seorang kepala desa” kata seorang elf muda berambut hitam, ia memegang sebuah botol kecil berisi cairan biru, di depannya terdapat 2 cangkir teh hijau, dengan mata yang tidak menunjukkan kebaikkan sedikitpun, ia menuang sedikit cairan itu lalu mengaduk tehnya, setelah itu ia membawa ke 2 cangkir itu keluar dapur dan menuju ke arah sebuah meja kayu yang di salah satu kursinya terdapat seorang gadis elf yang berkulit putih, dengan rambut silver dan iris yang putih, ia memakai kaus hijau tua yang menampakkan daerah perutnya, serta hotpants berbahan jeans dengan ikat pinggang kulit berwarna coklat serta di kaki putihnya di tutupi oleh fishnet hingga ke pahanya, lalu sepasang boot kulit berwarna coklat tua terpasang di kakinya.
“di minum dulu kak” kata lelaki tadi yang menyerahkan gelas yang berisi teh tadi kepada gadis elf itu, ia mengangkat kepalanya yang tertunduk dan tersenyum melihat lelaki itu, dengan tangan yang di balut sarung tangan fingerless, gadis itu menerima teh nya dan menyesapnya sedikit. Sang lelaki tetap diam dan melihat gadis itu dengan seksama, secara perlahan sebuah seringai muncul di bibir tipisnya.
“terima kasih… kau tahu sekali kalau aku kelelahan menghadapi para pembuat onar itu, seriously like-“ ucapannya terpotong begitu ia merasa pandangannya menggelap di sertai dengan tubuhnya melemah hingga ia kehilangan kesadaran, lelaki yang ada di dekatnya hanya melihat tubuh mungil itu terjatuh ke lantai saja dengan seringai jahat dan puas tertera di wajahnya yang tidak jauh berbeda dari gadis itu.




            “oh.. kelihatannya dia sudah bangun, Kyuu.. ambil kan kain basah dan air” kata seorang wanita berambut ikal dan kulit gelap, ia memakai long dress berwarna  merah gelap dengan ornament benang emas membentuk hiasan yang cantik di bagian dada dan juga ujung dess yang hampir menyentuh tanah itu. lalu seorang gadis cantik berambut merah pendek, dengan tubuh sintal berkulit putih, ia hanya memakai bra merah yang menutupi daerah privatenya, tetapi di bagian pinggang ke bawah ia memilik kaki seperti kaki burung dengan bulu merah, ia juga memiliki sepasang sayap berwarna merah senada dengan bulu kakinya. ia menyerahkan sebuah baskom berisi air dengan kain basah kepada wanita itu.
            "terima kasih" kata wanita itu dan memeras kain itu dan menaruhnya di atas kening gadis berambut silver tadi, ia membuka matanya secara perlahan begitu merasa kain basah itu mengenai dahinya, kepalanya sangat sakit dan pandangannya tidak jelas. ia mengerang pelan dan memegangi kepala bagian kanannya.
            "di mana aku?" tanyanya denga suara lemah, kepalanya benar-benar sakit, hingga rasanya ruangan itu berputar. “jangan bergerak dulu.. kau masih lemah dan belum mendapatkan kesadaranmu sepenuhnya” kata wanita itu yang memegang bahu gadis berambut silver itu dengan pelan dan menuntunnya untuk berbaring kembali.
            “a-apa yang terjadi? … siapa kau?” katanya dengan lemah, rasa pusingnya sudah lebih membaik setelah ia berbaring, ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperbaiki penglihatannya yang masihburam.
            “kau pingsan di tengah hutani” kata si wanita dengan lembut sambil menyingkirkan kain basah yang ada di dahi gadis elf tersebut, ia tersenyum lembut seperti seorang dokter yang meyakinkan pasiennya untuk tenang dan menyelipkan tangannya ke bawah leher gadis elf itu, dan dengan perlahan mengangkatnya ke posisi duduk, pusing dan mual yang teramat sangat terasa di kepala dan perutnya membuat tubuh gadis itu lemah dan ia menyandarkan dirinya ke tubuh wanita itu.  Sang wanita melingkarkan tangan kurusnya ke bahu kecil itu, dan tangannya yang satu lagi menyodorkan sebah botol kecil berisi cairan berwarna putih cat.
“minumlah, ini sangat bagus untuk menghilangkan pusing dan mual mu” kata wanita itu dan sang elf memenenggak semua isi botol kecil itu, ia merasa cairan itu sangat aneh di lidahnya hingga menyebabkan ia meringis dan memegangi perutnya. Tetapi setelah beberapa saat rasa pusingnya hilang dan tubuhnya terasa lebih membaik, ia melihat sekeliling dan menyadari kalau ini adalah rumah penyihir. Dan ia tidak pernah melihat penyihir ini maupun rumahnya. Ia diam sebentar sambil memegang perutnya yang terekspos, tiba-tiba saja iris putih itu membesar dan ia melompat dari tempat tidur itu, mengagetkan 2 wanita cantik itu.
“ohmygodohmygodohmygodohmygodohmygodohmygodohmygodohmygod!!!! OH.MYGOSH!” si gadis mulai komat-kamit sambil memegang kepalanya hingga sang penyihir beserta gadis di sebelahnya takut melihat sang gadis itu.
“k-kau… baik-baik saja?” tanya sang penyihir dan tiba-tiba saja gadis itu melihat diri mereka dengan panik, dan muka yang pucat.
“a-adikku… di-dia! Dia telah me- berapa lama aku pingsan? Ini dimana? Apa yang terjadi!?” teriak elf itu dengan isakkan pelan dan ia terduduk lantai dengan tangan masih meremas kepalanya. Sang penyihir menghela nafas, ia tahu anak ini pasti panik, dan sebetulnya menurutnya si elf abino ini terlalu mendamatrisir ke adaan, ia berjongkok di depan sang elf dan menghela nafas panjang.
“biar aku jelaskan, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu… tetapi 2 hari lalu aku menemukanmu pingsan di tengah hutan, dan bukan hanya itu saja, kau di racuni dengan racun yang lumayan mematikan yang bisa membuat organ tubuhmu tidak bekerja satu demi satu, tetapi bersyukurlah kau aku menemukanmu dan menetralkan racunnya, dan itu menyebabkan kau kehilangan kesadaran untuk 2 hari, ini ada di bagian pinggir pulau Green Harrow. Aku Smitha dan ini adalah asisten ku Kyuu. Siapa namamu nona elf?” jelas Smitha dan menanyakan nama gadis itu. Gadis itu mengangkat kepalanya dan melihat wajah Smitha dengan seksama, instingnya ia bisa mempercayai sang penyihir ini.
“namaku Liv. Liv Moon Forest, dari desa Moon Forest.” Katanya dan Smitha mengangguk sambil mendeham pelan.
“tunggu!! Ini dipulau Green Harrow!!??” teriak Liv sambil berdiri dan menatap Smitha yang terkejut dengan pandangan tidak percaya, ia merogoh salah satu kantung dari beberapa kantung yang melingkar di pinggangnya dan mengeluarkan sebuah lipatan kertas usang, ia membuka lipatan itu dan matanya melebar.
“NOOOO!!!” teriaknya sambil menjatuhkan kertas itu dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kembali terduduk di atas lantai
“ada apa lagi sekarang!?” tana Smitha yang mulai emosi dengan sifat drama queen Liv itu.
“ja-jarak antara desaku dengan pulau ini sangat jauh… bagaimana aku bisa pulaanng!? Oh sang Dewi! Apa salahku padamu hingga aku terjebak dalam kemalangan ini???” jelas Liv dengan lebaynya hingga ia menangis beneran, Kyuu mengambil kertas yang di jatuhkan Liv dan membuka lipatannya, ia tersentak pelan dan menunjukkannya pada Smitha.
“nona, tentu saja ia menjadi drama queen seperti ini, lihat ini” kata Kyuu dan sang penyihir mengalihkan pandangannya ke arah kertas yang di pegang oleh  si harpy tersebut dan ia mendeham pelan.
“jadi kau dari desa Moon Forest itu…” gumam Smitha dan Liv langsung mengangkat kepalanya dan berdiri. “kau tahu bagaimana cara cepat ke sana!?” tanya Liv dengan penuh harap, dan Smitha menggeleng pelan , membuat kecewa sang elf, ia meng-ugh dan duduk di atas tempat tidurnya dengan wajah yang bingung.
“tidak bisakah kau mentransferku atau semacamnya?” tanya Liv lagi dan Smitha hanya mengangkat bahunya saja sambil memiringkan kepalanya. “maaf nona muda, tetapi aku tidak bisa kecuali kau mau ku kirim ke alam lain” katanya dan Liv menganga mendengarnya lalu mengerang keras sambil memutar bola matanya
“terimakasih banyak atas bantuannya” katanya dengan sarkastik dan Smitha tertawa mendengarnya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. “ada apa hingga kau ingin cepat-cepat kembali?” tanya Smitha lagi dan Liv mengankat bahunya saja sambil memajukan bibirnya. “aku kepala desa di sana, tanpa aku di sana, entah apa yang akan terjadi pada penduduk ku” katanya dan Smitha terbelalak kaget mendengarnya.
“kau? Kepala desa?” tanyanya tidak percaya dan Liv mengernyitkan dahi melihat ekspresi Smitha itu. “yeah? So what?” tanyanya dengan nada tersinggung.
“aku merasa kau masih terlalu muda untuk menjadi kepala desa.. dan kau”
“perempuan, yeah right… karena almarhum ayahku yang menunjukku untuk meneruskannya menjadi kepala desa dulu, bagaimana bisa aku menolak?” kata Liv memotong perkataan Smitha sambil mengibas rambutnya.
“dan, apakah kau ingat bagaimana bisa kau sampai di sini?” tanya Smitha lagi dan kali ini Liv menunduk. “sepertinya adikku meracuniku” gumamnya dan Smitha mengerutkan dahinya dan memberi pandangan penuh tanya. “ia…. Sepertinya ia cemburu dan tidak terima karena ayah kami yang menunjuk ku, kau tahu, dia itu anak laki-laki, dan seharusnya ia yang menerimanya, tetapi tanpa alasan yang jelas, ayah menunjukku, dan tidak ada kata tidak dalam hal ini” jelas Liv dengan suara pelan dan Smitha mendeham pelan sambil mengangguk. “baiklah.. ayo kita ke tempat temanku” kata Smitha tiba-tiba.
“buat apa?” tanya Liv bingung
“untuk meminta bantuannya tentu saja…” jawab Smitha seadaanya, ia memakai cloak nya, dan mengambil tongkatnya.
“naik?” tanya Liv lagi dan Smitha hanya tersenyum saja, Ia berjalan menuju sebuah lemari dan membukanya
“kita bisa menggunakan ini” katanya dan menarik tangan Liv, dan mendorongnya ke dalam lemari itu, membuat gadis elf itu berteriak kecil karena terkejut.
“Kyuu, jaga rumah ya.. aku pergi sebentar” kata Smitha dan Kyuu Cuma membungkuk saja dengan ekpresi tenang, lalu ia meilihat majikannya masuk ke dalam lemari mereka dan menutupnya.

“gyaaaaa!!” teriak Liv setelah merasa ia di tarik sesuatu dan keluar di suatu tempat, hutan, dengan danau di dekatnya dan rumah kayu yang lumayan besar. “minggir” kata Smitha dengan tenang sambil mendorong Liv hingga ia jatuh tersungkur. “ouch!! You fucking witch! It hurt!!” keluhnya sambil memegangi dagunya yang menghantam tanah.
“Ah… maaf. Habis kau di tengah jalan sih” kata Smitha sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Liv mendengus dan berdiri, ia membersihkan bajunya dan melihat sekitar dengan penasaran.
“ini di mana? Dan bagaimana kita bisa sampai di sini?” tanya Liv heran, Nan tertawa kecil dan menuntunnya berjalan menuju rumah kecil tadi.
“ini rumah temanku yang aku katakan tadi, dan cara kita kemari ya dari portal yang di buat temanku itu” jelas Smitha dan Liv meng-oh sekalian menganggukkan kepalanya sedikit.
“permisi” kata Smitha yang membuka pintu itu dengan santai dan seorang lelaki berambut hitam dan pirang di bagian ujungnya berbalik dan tersenyum lebar begitu melihat Smitha, ia memiliki mata emas yang menurut Liv sangat indah, kulit putih, wajah imut, dan juga senyum yang manis, dengan kata lain lelaki ini sangat menarik.
“Smitha my dear! Come here darling!” serunya sambil berjalan cepat menuju Smitha dan memeluknya. “Ru-chan! Glad to see you!” seru Smitha yang tersenyum dan melepaskan pelukkannya.
“haha… sudah lama kau tidak ke sini, apa yang membawa mu ke sini da’hling?” tanya lelaki itu dengan lemah lembut, dan Liv tersenyum melihat ramah dan lembutnya lelaki ini, tetapi dari cara bicaranya, Liv jadi berpikiran kalau dia…
“ah, sebenarnya aku-“ “dude, you look like a faggot” kata Liv tiba-tiba memotong perkataan Smitha, dan Liv tersentak begitu mendengar suara gelak tawa dari lantai atas, dan saat ia melihat ke atas ia menemukan seorang lelaki berambut hitam kelam dengan kuping serigala dan ekor serigala memakai tank top hitam dan celana hitam juga , di sebelahnya ada seorang lelaki berambut pirang dan merah di bagian ujungnya bergaya faux mohawk dengan kain yang menutupi hidungnya memakai jaket kulit dan celana jeans hitam dengan rantai yang banyak.
“holy shit! Anak itu mau mati!!” seru lelaki serigala itu dan orang tak berhidung di sebelahnya Cuma tertawa dan mengangguk lalu mereka berdua high-five.
“bitch! Aku bukan faggot! Aku ini, like, bi!! Kau tau bi kan? I like both!” seru lelaki itu yang berjalan sambil menghentakkan kakinya ke depan Liv membuat gadis itu terkejut dan kembali melihatnya, ia melihat mata emas itu dan ekspresi kesal dari lelaki ini.
“so? Itu bukan berarti kau tidak termasuk kan?” kata Liv dengan nada datar sambil mengibaskan rambutnya, dan lelaki itu menggeram pelan sambil menahan amarahnya.
“a-anu…” kata Smitha dengan ragu-ragu dan tiba-tiba ia terkejut melihat lelaki itu menunjuk Liv dengan ekspresi marah.
“dengar bitch!”
“Siapa yang kau panggil bitch, fag!?” teriak Liv dengan nada tersinggung, ia mengernyitkan dahinya dan mengatupkan rahangnya, melihat orang di depannya itu dengan geram.
“you of course, you bitch of bitches, who else?” jawabnya dengan pedas sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dan melirik ke arah Liv dengan sinis.
“oh yeah? it’s better than a freaking faggot like you” kata Liv dengan sarkastik, ia berkacak pinggang dan menatap lelaki itu dengan pandangan menentang.
“listen bitch, I don’t know what’s your problem here, so, if you, like, still want to live, you better like, get out of heree!!!!” teriaknya tiba-tiba sambil menunjuk ke arah pintu.
“whoa! Whoa! Hold on guys… Ru-chan… tolong tenang” kata Smitha pada Ruki yang menghela nafas kesal dan berbalik memunggungi Smitha dan Liv, penyihir itu menggeleng sambil memegang kepalanya dan balik ke Liv yang berusaha untuk membunuh Ruki dengan pandangannya sambil menggumam berbagai macam hal tentang faggot. “dan kau Liv, jaga sikapmu jika kau ingin di tolongnya” kata Smitha dengan tenang dan Liv berhenti menggumam dan melototi Ruki, ia menatap Smitha tidak percaya dengan mulut menganga sedikit
“you said we are asking this faggot help!? Oh GREAT! I feel so humaliated!!” seru Liv sambil mengangkat tangannya dan Smitha menganga mendengarnya, Ruki berbalik dan kembali mendekati Liv.
“listen bitch…” katanya dengan nada rendah.
“bring it on faggot…” kata Liv yang menyipitkan matanya dan menatap Ruki lurus-lurus, mereka berdua saling tatap dengan sengit hingga terlihat listrik yang keluar dari mata mereka berdua hingga bertabrakkan.
“hei Reita, menurutmu siapa yang akan menang?” tanya lelaki serigala itu yang melihat pertengkaran dua orang itu.
“entahlah.. Ruki memang bertingkah sebagai bitch, tetapi aku lihat perempuan ini benar-benar bitchy dan tidak takut mati” kata orang yang bernama Reita sambil tersenyum sinis.
“hei!!” teriak Smitha yang membuat kedua orang yang sedang bertengkar itu menoleh ke arahnya.
“dengar! Aku ke sini buat minta bantuanmu Ruki… dan kau Liv!” seru Smitha sambil menunjuk ke arah Liv. “jaga sikapmu jika kau ingin kembali ke desa mu dengan cepat!” bentaknya membuat Liv menutup mulutnya dengan rapat tetapi tetap menatap Ruki dengan kesal.
“kembali ke desa? Memang kenapa dengan dia?” tanya Ruki yang heran dan Smitha kembali menghela nafas untuk menenangkan dirinya.
“anak ini terdampar di hutan ini, ia adalah kepala desa bangsa elf di tempatnya, jadi ia harus cepat kembali” jelas Smitha dan Ruki mengangguk tanda mengerti.
“lebih baik aku mati di sini dari pada aku harus di beri bantuan oleh orang yang sembarangan menuduh” gumam Liv dan Ruki yang mendengar langsung menoleh ke arahnya.
“Aku tidak menuduh! Kau yang sembarangan menyinggung ku” kata Ruki
“well, excuse me if I offended you fag… tapi aku mengatakan apa yang ada di pikiranku saja! So, stop acting like a real bitch!!” seru Liv
“you ungrateful bitch!! Fine! I won’t help you!! I don’t, like, care about your freaking village anyway!! It will be like, fine withoout you anyway… and I think they , like,  didn’t need you in the first place” kata Ruki dengan tajam, dan itu sangat menyinggung perasaan Liv, ia menatap Ruki dengan penuh benci dan nafasnya memburu.
“you know what fag!? FUCK YOU!!!” teriak Liv dan bergegas keluar dari rumah itu meninggalkan Smitha yang terkejut dan Ruki yang merasa puas.
“kau tidak seharusnya mengatakan itu Ru-chan, aku rasa kau terlalu berlebihan” kata Smitha dengan lembut, dan Ruki mendengus dengan senyum kemenangannya dan duduk di salah satu bangku yang ada di sana
“salah dia sendiri bersikap seperti itu, like, she’s a real bitch” kata Ruki sambil menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
“tetapi tetap saja… ia sekarang sedang dalam masa frustasi dan bingung Ru-chan… adiknya sendiri meracuninya dan membuangnya ke sini… bagaimana perasaanmu kalau kau menghadapi itu, di tambah ia sangat bertanggung jawab atas tugas yang telah di berikan pada almarhum ayahnya… jadi jika kau mengatakan itu ia pasti merasa sangat terhina” jelas Smitha dengan pelan, ia duduk di sebelah Ruki dan memegang bahunya, sang lelaki berambut hitam itu Cuma diam dan menunduk, memang kalau ia di posisi Liv pasti ia akan merasa sangat frustasi dan bingung.
“hey guys” tiba-tiba masuk seorang perempuan berkulit pucat dengan mata merah menyala, ia memakai gaun gothic hitam dan rambut bergelombang panjang.
“oh, Nyx… ada apa kau kemari?” tanya Ruki yang menyabut Nyx, ia memeluk sebentar perempuan yang bagaikan boneka itu dan menuntunnya untuk duduk.
“aku di beri misi oleh kerajaan, ada yang terjadi di Moon Forest dan kelihatannya gawat hingga aku di suruh ke sana untuk melihat ke adaannya, apa kalian mau ikut?” jelas Nyx dan mata Smitha dan Ruki membelalak.
“Moon Forest? Apa yang terjadi di sana?” tanya Ruki, tetapi sebelum Nyx menjawab Smitha langsung berdiri. “aku harus mengajak elf itu!” serunya dan Ruki serta Nyx melihatnya dengan bingung. “elf? Elf apa?” tanya Nyx heran.
“tunggu! Jadi gadis bitch itu adalah kepala desa Moon Forest!?” tanya Ruki lagi kepada Smitha dengan pandangan tidak percaya.
“benar… kenapa?” tanya Smitha yang heran melihat reaksi Ruki yang hampir tidak percaya dan panik begitu mengetahui siapa Liv sebenarnya, tanpa berkata apa-apa Ruki langsung bergegas keluar meninggalkan 4 orang yang bingung tentang apa yang sedang terjadi sekarang. “kenapa anak itu?” tanya lelaki serigala itu heran.


Liv duduk di pinggir danau yang berlawanan dengan rumah Ruki tadi, ia menghela nafas dan menatap refleksinya di permukaan danau itu, prekataan lelaki itu benar-benar keterlaluan menurutnya, ia sangat bangga dan merasa bertanggung jawab dalam menjalani tugasnya sebagai pemimpin desa, karena ayahnya mempercayainya dan membiarkannya untuk mengatur keamanan desanya itu.
“hey…” kata Ruki yang duduk di sampingnya tiba-tiba membuat Liv terkejut dan menggeram kuat.
“what do you want fag?” tanya Liv yang masih kesal
“Apa benar kau kepala desa di Moon Forest?” tanya Ruki yang tidak memperdulikan nama panggilan yang di berikan Liv, gadis itu menatapnya heran, baru beberapa menit yang lalu lelaki ini adalah orang yang cerewet dan bawel, sekarang menjadi tenang dan serius.
“hey bitch… jawab aku” kata Ruki dengan tidak sabaran, ia menatap Liv dan menyadari bahwa ia memilik mata putih salju yang hampir menyatu dengan bola matanya. Liv mendecak dan menggaruk kepalanya pelan . “benar, ada masalah dengan itu?” tanya Liv lagi
“Tidak… baru kali ini aku mendengar ada kepala desa seorangperempuan ,terutama bitch seperti kau” kata Ruki dengan senyum sinis dan Liv tertawa sarkastik sambil memutar bola matanya “thankyou very much faggot” kata Liv dengan lebih sarkastik
“hah! You are very welcome bitch!” kata Ruki lagi, lalu mereka berdua terdiam dan menatap danau, atmosfernya tenang dan nyaman. Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“maaf soal tadi” gumam Ruki dan Liv langsung menoleh ke arahnya dengan terkejut. “Apa?” tanya Liv tidak percaya, tetapi Ruki tidak menjawab ia malah berdiri dan membersihkan celananya dan berbalik. “ayo cepat ikut aku, kami akan segera ke desa mu dan mengantarkanmu” kata Ruki dan Liv menganga mendengarnya, ia berdiri dan mengejar Ruki yang sudah berjalan agak jauh.
“benarkah!?” tanya nya dengan riang dan Ruki mengangguk
“Benar, lagi pula sudah lama kami tidak keluar pulau” kata Ruki dengan santai dan Liv langsung teriak kegirangan. “Yay!! Terima kasih ya fag! Ternyata kau tidak buruk-buruk amat!!” seru Liv dan tersenyum manis ke arah Ruki, sesaat ia terdiam dan menatap punggung gadis elf berambut silver itu yang menjauh, lalu setelah kembali sadar ia menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan, ia tersenyum kecut melihat elf itu, matanya memancarkan rasa khawatir dan juga bersalah begitu melihatnya.

“guys! We, like, will head to the Moon Forest” kata Ruki yang membuka pintu dengan kasar sekali hingga membuat Nyx dan Smitha yang berbincang terkejut dan menoleh ke arah sang lelaki itu.
“oke, siapa saja yang ikut?” tanya Nyx dan sebuah tangan yang di tutupi oleh sarung tangan fingerless muncul dari belakang punggung Ruki dan melambai-lambai.
“I’m in!” seru Liv
“jadi kau elf yang di katakan Smitha, baiklah… kau?” tanya Nyx pada Smitha dengan tenang, ekspresinya tidak berubah dan tetap tenang.
“count me in!!”
“me too!” teriak manusia serigala tadi yang melompat dari lantai 2 dan pria pirang yang hidungnya di tutupi oleh kain putih di belakangnya.
“me too” kata seorang yang ternyata ada di belakang meja dan duduk di paling pojok
“Kai!! Sejak kapan kau datang!?” tanya Ruki yang terkejut dan menghampiri pemuda berdimple dan bermuka manis sekali, ia memiliki senyum matahari dan rambutnya berwarna coklat, yang di panggil Kai.
“baru saja, kau sedang keluar sat aku sampai” kata Kai dengan pelan, Liv yang tertarik dengan lelaki itu, berjalan menghampirinya, tetapi di hentikan oleh tangan Kai yang menandakan kalau ia tak boleh mendekat
“back off young girl… kalau kau tidak ingin celaka” kata Kai dengan senyum kecut di wajahnya, Liv mengernyitkan dahinya dan menatapnya bingung, ia juga merasa agak tersinggung dengan perkataan Kai tadi, memang kenapa kalau ia mendekatinya.
“sebaiknya kau menuruti kata-katanya bitch, like, kalau kau beneran ingin mati” kata Ruki yang menepuk bahu Kai dan berdiri di sebelahnya, dan kerutan di dahi Liv makin dalam.
“dia adalah basilisk Liv, dengarkan kata-katanya” kata Smitha dengan pelan dan Liv benar-benar terkejut, lalu mendunduk.
“maaf” katanya dengan sedih dan menatap lantai kayu itu dengan menyesal, Ruki dan Kai yang menangkap perasaannya itu mengernyitkan kening mereka dan menatap satu sama lain lalu menatap gadis itu
“tidakkah kau takut?”tanya Kai pada elf itu dan Liv mengangkat kepalanya lalu menggeleng.
“tidak, kau terlihat baik” kata Liv dengan bingung dan ekspresi Kai tidak kalah bingung.
“bitch, kau ,like, bodoh? Atau terlalu naif?” tanya Ruki yang heran sambil mengangkat tangannya lalu melambaikannya pada Liv
“shut up faggot, kalau ia benar-benar jahat. Maka kalian pasti tidak akan menghentikanku” kata Liv sambil memutar bola matanya dan Kai tersenyum mendengarnya.
“hei, kau terlihat benar-benar tangguh dan lebih bawel dari Ruki. Aku Aoi, teman Smitha dan Ruki” kata Aoi sambil tersenyum lebar pada Liv, menunjukkan gigi-giginya yang runcing
“aku Liv, apa kau seorang werewolf?” tanya Liv yang menjabat tangan Aoi dan menatap telinga serigala Aoi dengan sangat tertarik.
“lebih dari itu, dia adalah si Fenrir” kata pria pirang yang ada di sebelahnya, ia tersenyum ramah pada Liv dan mengulurkan tangannya “namaku Reita, senang berkenalan denganmu Liv” kata Reita dan Liv yang masih terkejut dengan jati diri Aoi makin terkejut begitu memegang tangan Reita yang terasa panas.
“dan aku adalah Ifrit, jika kau merasa hangat di dekatku maka itu sudah wajar” kata Reita dengan senyum sinisnya.
“biar kutebak, kalian semua pasti bukan orang biasa” kata Liv sambil menaikkan alisnya sebelah dan melihat mereka semua. “Terutama si faggot itu, bagaimana bisa kau memegang Kai?” tanya Liv sambil menunjuk ke arah Ruki dengan ekspresi yang sama, Aoi tertawa geli dan mengangguk lalu melirik teman-temannya yang lain.
“namaku Nyx, Nyx Sinclaire”
“Sinclaire!? the freaking highest noble family vampire yang mengatur semua vampire! What the hell are you doing here!?” potong Liv dengan mata yang membulat, membuat Nyx tersenyum kecil dan menghela nafas.
“aku tinggal di belakang gunung dekat sini” katanya dengan santai. “aku lebih suka hidup di tempat terpencil dari pada di tempat yang ramai” lanjutnya dan Liv mengangguk dengan agak ragu.
“aku adalah Fenrir, well… sebelum kau teriak-teriak bagaimana aku bisa selamat dari peristiwa Ragnarok yang terjadi sudah lama sekali, aku di bantu Reita, tetapi aku tidak menunjukkan diri di luar, jadi orang-orang mengira kalau ku sudah mati” jelas Aoi dan mulut Liv semakin menganga lebar. Membua Reita tertawa renyah dan mengangguk.
“ya, karena aku dan Aoi berteman lama, jadi aku berusaha sebisa mungkin membantunya” jelas Reita
“Smitha, aku adalah penyihir” kata Smitha dengan tenang
“dan umurnya sudah ratusan tahun, aku dan dia beda 300 tahun, dia 715 tahun dan aku 415 tahun ” jelas Nyx yang menyebabkan Smitha melototinya dan mata Liv semakin lebar.
“wow… berarti kau sudah sangat tua dan berpengalaman” kata Liv yang kaget dan Smitha hanya mengangguk pelan saja sambil mendengus kesal. “and I never thought that a beautiful woman like you is a freaking old-hag” bisiknya pelan sambil memalsukan batuk dan mengalihkan mukanya dari Smitha, Nyx dan Aoi yang memiliki pendengaran yang sangat baik tertawa mendengarnya dan yang lain melihat mereka berdua dengan bingung saja. Lalu perhatian mereka tertuju pada Kai yang mendeham pelan.
“seperti yang kau ketahui, aku adalah basilisk, kekuatan ku tidak kuat, tapi memang bisa membunuh jika orang itu mendekat dalam jarak 5 meter kalau aku dalam mode biasa” jelas Kai sambil tersenyum lembut dan Liv mengangguk pelan lalu melihat Ruki
“aku adalah warlock, like, a fabolous warlock. You see bitch, I, like, look so young and gorgeous.. but actually I’m over a thousand years, like, 1031 to be exact, so you, like, jangan bermain-main denganku karena aku bisa saja membunuhmu dalam satu jentikkan jari. dan yang bisa mendekati Kai hanyalah aku dan Smitha, karena kami berdua yang, like, membuat spell untuk kami agar bisa menyentuhnya” jelas Ruki dengan sombongnya dan dengan gaya drama nya  yang bisa bikin siapa saja sebal, termasuk Liv.
“oh God.. seorang bangsawan vampire, jin api, serigala raksasa yang di kira sudah mati, penyihir yang mengejutkan, basilisk yang manis bagaikan matahari, dan a faggot warlock. Apa lagi yang bisa lebih aneh? Nymph laki-laki?” tanya Liv yang sudah hampir mau pecah kepalanya karena informasi mengenai orang-orang yang ada di rumah itu yang tergolong kuat, di tambah dengan cengiran lebar dari mereka semua membuatnya makin penasaran.
“hey gadis muda, hati-hati dengan perkataanmu…” kata Nyx dan Liv melihatnya dengan heran.
“AOI BABY~” tiba-tiba terdengar suara berat dari luar rumah, dan masuklah seorang perempuan, eh lelaki cantik yang berkulit putih dan bertubuh tinggi langsing semampai, rambut honey blonde dengan bibir sueksi dan mata hijau yang indah, ia memakai gaun putih dengan hotpants ungu dan hitam di baliknya, nyeker, dan melompat ke arah Aoi dan langsung menyipok nya dengan nepsong
“dia adalah Uruha, nymph tumbuhan” kata Reita yang menunjuk ke arah AoixUruha yang making out di lantai rumah Ruki.
“harusnya aku tidak mengatakan apapun tadi” gumam Liv yang mukanya merah karena malu melihat mereka berdua yang lagi making out.
“bagaimana bisa ada Nymph lelaki seperti ini?” tanya Liv pada Smitha yang lagi asyik meni pedi, Smitha mengangkat kepalanya dan menatap Liv. “well, dia ini salah satu keajaiban, bilang saja begitu” jawab Smitha seadanya sambil mengangkat kedua bahunya.
“OKE!” teriak Ruki yang tepuk tangan dengan kuat untuk menarik perhatian orang-orang di sekiarnya. “Uruha, Aoi, kalian berdua, like, harus menghentikan itu, ada yang harus, like, kita bicarakan”kata Ruki dan kedua pasangan maho itu berhenti making out dan menatap Ruki, seperti yang lainnya.
“jadi, kita akan pergi ke Moon Forest untuk mengantarkan si bitch ini, dan juga ,like, anggap saja ini tour dan juga liburan buat kita, karena kita ini ,like, sudah lama sekali tidak keluar pulau” jelas Ruki yang menjentikan jarinya, dan muncul sebuah peta hologram di belakangnya, Nyx ingin mengangkat tangannya, tetapi Ruki mensipitkan matanya dan menatap Nyx dengan serius secara diam-diam, membuat Nyx terdiam dan yang lainnya menatap Ruki dengan heran.
“jadi, bagaimana?” tanya Nyx yang tidak menyadari tensi tegang yang ada di antara yang lainnya, Ruki mendeham kuat sambil memegang tenggorokkannya, lalu mengangguk, ia berdiri di samping peta yang berwarna sepia itu dan menunjuk ke arah pulau yang sangat kecil di bagian barat daya. “ini adalah Green Harrow, tempat kita sekarang, dan kita akan, like, pergi kee….” Ruki menunujuk ke arah sebuah pulau yang lebih kecil yang letaknya jauh ke timur melewati beberapa pulau besar dan kecil. “Moon Forest village, tepatnya di pulau Correy” jelas Ruki dan semua mengangguk tanda mengerti, sang warlock menurunkan tangannya dan menatap Nyx.
“jadi Nyx, apa kendaraan kita pertama dan dari jalur mana kita akan pergi?” tanya Ruki dan Nyx mengangguk lalu berdiri, sedangkan Ruki bergeser bersama Kai untuk membiarkan Nyx menjelaskan
“orang-orang ku sudah menyiapkan kapal untuk kita pergi ke kota paling dekat dengan pulau Correy, yaitu kita akan mengunjungi kota One Thousand Fireflies yang ada di pulau besar Valence” jelas Nyx dan mereka semua mengangguk, Liv melihat pinggiran pulau besar Valence dan kota pelabuhan One Thousand Fireflies. Jika ia lihat antara desanya dan kota itu, jaraknya menipis sangat jauh, menyebabkan ia tersenyum manis dan lega.
“lama perjalanan bisa sampai 1 minggu, jadi bawa barang-barang kalian yang cukup, semua persediaan makanan dan minuman sudah di sediakan di kapal itu, jadi tidak perlu khawatir, setelah itu kita akan istirahat sementara dan mengisi kembali persediaan kita, lalu naik kereta api ke kota kecil Fire Scene” jelas Nyx dan Reita menghela nafas panjang dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “tidak bisakah kita mengambil jalur lain?” tanya Reita dan Nyx menggeleng pelan.
“maaf Aki, tetapi jalan ini sudah di tunjukkan oleh ayahku, di sana ada beberapa-“
“itu jalan tercepat, jadi sebaiknya kita pilih jalur ini karena si bitch pasti tidak sabaran sekali untuk pulang” potong Ruki tiba-tiba yang menyebabkan semua temannya yang lain menatapnya dengan bingung dan curiga.
“uhm.. a-aku rasa… aku tidak apa-apa jika mengambil jalur yang lebih panjang jika ada yang keberatan” kata Liv dengan ragu-ragu, sebenarnya ia juga heran kenapa Ruki sebegitu memperhatikannya hingga membuat temannya tidak nyaman.
“tidak, aku ingin sekali lepas dari mu, jadi lebih cepat lebih baik” kata Ruki dengan tegas membuat Liv menyesal telah memikirkan hal kalau Ruki memperhatikannya.
“terserah” kata Liv sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dan memutar bola matanya. Nyx menghela nafas dan menatap yang lainnya, lalu melanjutkan penjelasnnya.
“dan dari sana kita akan jalan kaki ke pulau itu, ada beberapa jalan pintas yang bisa kita pakai, jadi itu akan sebentar” sambung Nyx dan semuanya mengangguk tanda mengerti, Ruki kembali ke sebelah Nyx dan melihat yang lain.
“baik, itu jalur yang kita ambil, semua dari kalian ikutkan? Bagus, sekarang kalian harus cepat-cepat bersiap, karena 1 jam ke depan kita akan langsung berangkat” jelas Ruki. “aku mau keluar sebentar” kata Liv tiba-tiba dan semuanya menatapnya bingung.
“kenapa? Mau kemana kau?” tanya Smitha dan Liv mengangkat bahunya saja sambil tersenyum kecil pada penyihir itu.
“mencari angin, kejadian ini begitu cepat dan membuatku agak pusing. Kalian bersiap-siaplah” katanya dan berjalan pelan keluar, mata emas milik Ruki terus mengikuti gerak-gerik elf berambut silver itu hingga ia menghilang di balik pintu, setelah ia merasa Liv pergi agak jauh ia menghela nafas , dan menatap teman-temannya yang lain yang menatapnya dengan pandangan minta penjelasan.
“baiklah, ini dia” kata Ruki yang menjentikkan jarinya lagi dan peta hologram itu berubah menjadi hitam pekat. Semuanya melihat gambar hitam itu dengan bingung, dan penasaran. Ruki menjilat bibir bagian bawahnya dan menaruh kedua tangannya di pinggangnya lalu menatap temannya dengan sangat serius. “seperti yang nona Sinclaire katakan” semuanya langsung bermuka serius begitu mendengar suara ringan Ruki yang menjadi berat dan serius. “ada sesuatu yang terjadi di Moon Forest, dan ini benar-benar gawat hingga aku tidak bisa membuka portal dan melihat keadaan di sana dari manapun, yang aku bisa hanyalah melihat ke hutan dekat sana dan tidak ada satupun binatang atau makhluk hidup lain… ini benar-benar aneh dan terlihat mencurigakan, kemungkinan besar perjalanan ini akan sangat membahayakan maka bawalah peralatan bertarung kalian, dan ingat kata-kata ku ini…” kata Ruki dengan jari telunjuknya di arahkan pada semua orang yang ada di situ, mata emas nya makin bercahaya membuat orang yang ada di sana sedikit bergidik dan ketakutan melihatnya. “jangan beritahu ini pada Liv, ia akan menerimanya dengan buruk, buruk sekali… desanya dalam keadaan membahayakan sekali, menurut firasatku ini akan mengefek pada seluruh dunia, jadi… jangan pernah membuka mulut kalian tentang hal yang terjadi pada desanya, jika itu terjadi… aku tidak tahu bagaimana lagi untuk menolong anak itu” peringat Ruki dengan pelan, Reita dan yang lainnya menelan ludah mereka dengan sulit dan menatap Ruki dengan gelisah, sudah lama mereka tidak melihat lelaki ini begitu serius bahkan mengancam mereka yang merupakan teman-teman dekatnya.
“tunggu Ruki, kenapa kau menutupi kenyataan ini dari Liv dan kenapa kau sangat mengkhawatirkannya? Apakah kau mengenalnya atau bagaimana?” tanya Kai tiba-tiba dan yang lain mengangguk tanda setuju. “tidak biasanya kau seperti ini Ruki. Siapa gadis itu sebenarnya?” desak Aoi dan Ruki mengerang sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
“dia..”

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar